Ciri Ciri Teks Negosiasi

Diposting pada
Rate this post

Merumuskan Ciri Negosiasi

Untuk mengetahui apakah sebuah teks termasuk ke dalam negosiasi atau bukan, kamu harus mengetahui batasan teks negosiasi. Sekarang, kamu akan belajar mengenali teks yang termasuk teks negosiasi. Tutuplah bukumu dan mintalah temanmu secara  berpasangan  untuk  memperagakan  dialog  berikut ini di depan kelas. Setiap selesai pembacaan satu teks, dikusikanlah pertanyaan- pertanyaan yang disediakan pada setiap akhir teks.

teks 1

Pembeli : “Berapa harga

sekilo mangga ini, Bang?”

Penjual    : “Tiga puluh ribu,

Bu. Murah.” Pembeli : “Boleh kurang kan,

bang?”

Penjual    : “Belum boleh, Bu.

Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon.”

Pembeli    :     “Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang kan? Kan lagi musim, Bang. Dua puluh ribu saja ya?”

Penjual     :     “Belum boleh, Bu. Dua puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.”

Pembeli    :     “Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?”

Penjual     :     “Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.”

Pembeli    :     “Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.”

Penjual     :      “Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan.” Pembeli   :                “Baiklah, saya ambil 3 kilo ya Pak.”

Akhirnya, penjual mempersilakan pembeli untuk memilih dan menimbang sendiri mangga yang dibelinya.

Pertanyaan-pertanyaan tentang isi teks.

  1. Siapa pelaku dalam dialog tersebut?
  2. Bagaimana cara pembeli menawar harga mangga tersebut?
  3. Bagaimana tanggapan penjualnya?
  4. Apakah pada akhir dialog terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli?
  5. Bagaimana kesepakatan itu terjadi?

Teks 2 HP Baru

Perihal HP barunyaitu, sesungguhnyasudahlama Ranimenginginkannya. Beberapa kali ia membujuk Ayahnya agar dibelikan HP. Gagal meminta langsung pada Ayahnya, Rani pun minta bantuan ibunya. Namun, tetap saja usaha Rani gagal.

Minggu lalu, Rani benar-benar berusaha meyakinkan ayahnya betapa ia sangat membutuhkan HP.

“Yah … Rani benar-benar perlu HP. Belikan ya Yah?” kata Rani pada ayahnya. “Ayah belum punya cukup uang untuk membeli HP, Ran. Lagipula kan sudah ada telepon rumah,” kata ayah sambil meletakkan koran ke atas meja. “Tapi, Yah … semua teman Rani punya HP. Mereka dapat dengan

mudah menelepon orangtuanya saat terpaksa pulang telat.”  “Lha kalau begitu kamu jangan pulang telat,” kata ayah lagi. Rani hampir saja menangis.

“Tak hanya itu, Yah … Rani iri sama teman-teman Rani yang dapat dengan mudah mengunduh materi pembelajaran, mengirim tugas, bahkan berdiskusi untuk mengerjakan tugas-tugas tanpa harus keluar rumah,” kata

Rani dengan kalimat yang runtut dan jelas. Kalimat yang sudah beberapa hari ia rancang untuk merayu Ayahnya.

Mendengar penjelasan Rani, Ayah melepas kacamatanya dan menatap Rani dengan lembut.

“Sebegitu pentingkah HP itu bagimu, Nak?”

Rani hampir saja melonjak kegirangan mendengar reaksi ayahnya.  “Iya, Yah. Apalagi guru-guru sering menugaskan kami untuk mengirim

tugas ke grup facebook atau mengunggah tugas di blog. Kalau Rani punya HP kan enak. Bisa buat diskusi bareng teman-teman sekaligus dapat mengakses internet melalui HP.”

“Hm … Ayah akan membelikan HP untuk Rani, asal ….” ayah seakan sengaja menggoda Rani.

“Asal apa, Yah?” tanya Rani tak sabar.

“Asal Rani rajin belajar dan berjanji akan menggunakan HP itu untuk hal-hal yang positif.”

“Rani janji, Yah. Makasih ya Ayah,” janji Rani sambil memeluk Ayahnya.

Pertanyaan-pertanyaan tentang isi teks.

  1. Apa yang diajukan Rani pada Ayahnya?
  2. Apakah Ayah langsung mengabulkan permintaan Rani? Jelaskan alasannya!
  3. Bagaimana cara Rani meyakinkan Ayahnya?
  4. Bagaimana cara Ayah memenuhi permintaan Rani?

Apakah permintaan Rani dikabulkan oleh Ayahnya? Adakah syarat yang harus dipenuhi Rani?

Teks 3 Terima Kasih Bu Mia

Kamis pagi usai pelajaran olah raga, Bu Mia, guru Kimia masuk kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari mengelilingi stadion.

Sebenarnya hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang napasnya masih memburu dan keringatnya bercucuran, mengajukan usul pada Dani.

“Dan … minta Bu Mia menunda ulangan dong. Capek nih,” kata Ali. “Waduuuh aku gak berani,” jawab Dani. “Lia saja suruh bilang. Dia kan

ketua kelas, ” sambung Dani.

“Baiklah, aku akan mencoba merayu Bu Mia. Doakan berhasil,” kata Lia. “Beres. Kamu kan ketua kelas.”

Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran.

“Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk. “Iya. Ada apa?”

“Begini, Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena teman- teman belum selesai ganti baju. “

“Biasanya kan tidak terlambat seperti ini?” tanya Bu Mia.

“Iya, Bu. Sekali lagi maafhan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.”

“Oh … kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?” suara Bu Mia berubah ramah setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju.

“Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan. “Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.”

“Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman.

“Makasih, Bu,” kata Lia.

“Eit … tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain. Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB.”

“Iya, Bu. Makasih.”

Teman-teman Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan gembira mendengar keputusan Bu Mia.

Pertanyaan-pertanyaan tentang isi teks.

  1. Apa yang disampaikan Lia kepada Bu Mia?
  2. Bagaimana cara Lia meyakinkan Bu Mia?
  3. Bagaimana tanggapan Bu Mia atas permintaan Lia?
  4. Apakah Bu Lia mengabulkan permintaan Lia?
  5. Adakah syarat yang ditetapkan Bu Mia?

Lihat Juga;