Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia sering kali mendengar atau mengucapkan kalimat “naudzubillah min dzalik” ketika mendengar sesuatu yang buruk, musibah, atau berita yang menakutkan. Kalimat ini terasa begitu akrab di telinga umat Muslim, namun tak sedikit juga yang belum benar-benar memahami makna, konteks, dan filosofi di balik ucapan tersebut. Dalam artikel ini, penulis dari passinggrade.co.id akan membahas secara detail arti “naudzubillah min dzalik”, penggunaannya dalam keseharian, hingga sudut pandang Islam mengenai pentingnya memohon perlindungan dari keburukan.
Pengertian “Naudzubillah Min Dzalik”
Setiap kali mendengar kabar buruk atau peristiwa yang tak diinginkan, ungkapan “naudzubillah min dzalik” menjadi respons spontan bagi banyak umat Muslim. Namun, pernahkah kita benar-benar memahami apa arti kalimat ini?
Asal Bahasa Arab dan Terjemahannya
Kata “naudzubillah min dzalik” berasal dari bahasa Arab, yaitu:
نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ (na’udzubillahi min dzalik)
Secara harfiah, arti dari kalimat tersebut adalah:
- Na’udzubillahi: “Kami berlindung kepada Allah”
- Min dzalik: “Dari (hal) itu”
Sehingga, jika digabungkan, “naudzubillah min dzalik” berarti “Kami berlindung kepada Allah dari hal itu.”
Makna ini menunjukkan bentuk permohonan perlindungan dari Allah atas segala sesuatu yang buruk, kejahatan, musibah, atau perkara yang tidak diinginkan terjadi pada diri kita.
Menurut hemat penulis, pemahaman yang benar atas ucapan ini sangat penting agar tidak sekadar menjadi respons verbal, melainkan betul-betul menjadi doa permohonan perlindungan kepada Allah SWT.
Makna dan Konteks Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalimat “naudzubillah min dzalik” bukan hanya sekadar ungkapan, tetapi juga merupakan refleksi dari rasa takut akan keburukan dan bentuk tawakal kepada Allah SWT.
Kapan Ucapan Ini Digunakan?
Dalam tradisi masyarakat Muslim, ungkapan ini sering digunakan dalam berbagai situasi seperti:
- Ketika mendengar berita musibah, kecelakaan, atau tragedi.
- Saat seseorang menceritakan dosa besar atau perilaku menyimpang, lalu pendengar ingin menegaskan bahwa ia tidak menginginkan hal yang sama.
- Dalam percakapan sehari-hari, ketika membahas hal-hal yang mengerikan atau tidak diinginkan.
Contohnya:
“Ada orang yang tega menyakiti anak kandungnya sendiri, naudzubillah min dzalik.”
“Kalau sampai terlibat dalam korupsi seperti itu, naudzubillah min dzalik.”
Filosofi dan Hikmah di Balik Ucapan Ini
Menurut penulis, filosofi dari ucapan ini sangat dalam. Ia bukan hanya sekadar menghindari atau menolak suatu keburukan, tetapi juga bentuk pengakuan keterbatasan manusia dan kebutuhan akan perlindungan Ilahi. Di sisi lain, kalimat ini juga mengajarkan untuk selalu waspada, tidak sombong, dan tidak merasa lebih baik dari orang lain, karena semua manusia bisa saja terjatuh dalam kesalahan jika tidak dijaga oleh Allah.
Dalil dan Tuntunan dalam Islam Mengenai Memohon Perlindungan
Setiap ajaran dalam Islam biasanya memiliki landasan dalil yang kuat, baik dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi Muhammad SAW. Lantas, bagaimana Islam memandang permohonan perlindungan dari keburukan?
Dalil dari Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, salah satunya:
“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia… dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi’.”
(QS. An-Naas: 1-4)
Ayat ini menegaskan bahwa meminta perlindungan kepada Allah merupakan perintah langsung yang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan Muslim.
Hadits Nabi tentang Memohon Perlindungan
Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW juga sering mengajarkan doa-doa perlindungan dari keburukan dunia maupun akhirat. Salah satunya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta kejelekan fitnah Dajjal.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ungkapan “naudzubillah min dzalik” sebenarnya merupakan bagian dari budaya memohon perlindungan yang sangat ditekankan dalam Islam, meskipun tidak secara tekstual disebut dalam Al-Qur’an atau hadits, namun esensinya sejalan dengan ajaran Islam.
Adab dan Etika Mengucapkan “Naudzubillah Min Dzalik”
Berdoa atau mengucapkan permohonan perlindungan tentu saja memiliki adab dan etika tersendiri agar tidak sekadar menjadi kebiasaan tanpa makna.
Mengucapkan dengan Hati yang Tulus
Menurut penulis, salah satu adab penting adalah mengucapkannya dengan penuh kesadaran dan rasa takut kepada Allah. Jangan sampai hanya menjadi basa-basi atau latah, karena doa yang diucapkan dari hati akan lebih mustajab.
Tidak Menghakimi atau Merendahkan Orang Lain
Terkadang, kalimat ini bisa saja diucapkan secara tidak sadar dengan nada merendahkan atau menghakimi seseorang yang sedang tertimpa musibah atau kesalahan. Padahal, tujuan utama dari ucapan ini adalah memohon perlindungan, bukan menunjuk kesalahan orang lain.
Penulis percaya, penting untuk menanamkan empati dan rasa saling menasihati dalam kebaikan, sehingga “naudzubillah min dzalik” menjadi pengingat bagi diri sendiri untuk tetap waspada dan rendah hati.
Pentingnya Refleksi Diri Setelah Mengucapkan “Naudzubillah Min Dzalik”
Mengucapkan kalimat ini sejatinya bukan hanya lisan, melainkan perlu diiringi dengan introspeksi dan evaluasi diri.
Merenungi Makna Ucapan
Setiap kali mengucapkan “naudzubillah min dzalik”, renungkanlah bahwa kita pun tidak luput dari kemungkinan tergelincir ke dalam keburukan yang sama. Dengan begitu, ucapan ini akan menjadi peringatan dan motivasi untuk selalu memperbaiki diri.
Menjadi Doa Perlindungan
Ucapan ini juga bisa menjadi salah satu doa harian, apalagi di zaman penuh fitnah seperti sekarang. Umat Muslim hendaknya membiasakan diri memohon perlindungan kepada Allah dalam segala situasi, baik ketika menghadapi masalah besar maupun sekadar kegelisahan sehari-hari.
Pandangan Penulis
“Naudzubillah min dzalik” adalah salah satu ungkapan yang sarat makna dalam kehidupan Muslim. Arti harfiahnya, “Kami berlindung kepada Allah dari (hal) itu”, menunjukkan sikap tawakal, kerendahan hati, serta permohonan perlindungan dari keburukan. Pengucapan kalimat ini hendaknya dibarengi dengan kesadaran penuh, niat yang tulus, dan refleksi diri, sehingga tidak sekadar menjadi rutinitas verbal.
Dari sudut pandang penulis, penting sekali untuk tidak hanya berhenti pada lisan, tapi juga menjadikannya bagian dari praktik hidup sehari-hari. Dunia semakin penuh ujian dan godaan, sehingga kita butuh pegangan doa dan perlindungan dari Allah dalam setiap langkah.
Semoga setelah membaca artikel ini, pembaca passinggrade.co.id semakin paham arti dan urgensi mengucapkan “naudzubillah min dzalik”, serta mampu mengamalkannya secara utuh, bukan hanya sekadar kebiasaan, melainkan sebagai bentuk ibadah dan perlindungan diri yang hakiki.