Pengertian Al Mu’izz
Daftar Isi Artikel
Nama Allah, Al Mu’izzu ( المعز ) dibaca Al Mu’izz termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali ‘Imran [3]: 26)
Baca Juga : Ar Raafi Artinya
Kami akan membahas tentang Al-Muizz ( Allah yang maha Memuliakan )
Secara bahasa, Al-Muizz berarti yang maha Memuliakan. Secara istilah, Al-Muizz berarti segala kemuliaan menjadi milik Allah dan akan diberikan kepada kepada siapapun yang dikehendaki. Apabila Allah memberikan kemuliaan pada seseorang, maka beruntunglah orang tersebut. Namun sebaliknya, jika kehinaan yang diterima, maka rugilah. Oleh karena itu, setiap mukmin berhak untuk mendapatkan kemuliaan dengan jalan melakukan ketaatan dan menjauhi segala kemungkaran.
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah…” [Q.S. Fathir: 10]
Makna Al Mu’izz
Al Mu’izz secara bahasa berarti memberikan kemuliaan. Allah Al Mu’izz, artinya Allah memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki menurut hikmah kebijaksanaan-Nya.
Baca Juga ; Al Khaafidh Artinya
Allah Yang Maha Memuliakan dan Maha Menghinakan akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang baik akhlaknya dan menghinakan derajat orang-orang yang buruk akhlaknya. Allah berfirman,
“Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Q.S. Ali ‘Imran: 26]
Allah adalah pemilik segala kemuliaan. Karenanya, Allah pulalah yang menganugerahkan kemuliaan kepada siapa yang Dia kehendaki. Diantaranya, Allah menganugerahkan kemuliaan kepada para rasul dan orang-orang mukmin.
“…Padahal ‘izzah (kemuliaan) itu hanya bagi Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” [Q.S. Al Munafiqun: 8]
Seharusnya kita menyadari bahwa kemuliaan itu milik Allah. Karenanya, jika kita menginginkan kemuliaan maka taatlah kepada-Nya. Niscaya, Allah akan menganugerahkan kemuliaan kepada kita.
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari, ‘Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia) siapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al Aziz.”
Jadi siapapun yang ingin mulia dengan sesungguhnya harus dengan rumus tidak boleh bergantung kepada sebab, tetapi bergantung kepada yang memberikan penyebab. Siapapun yang ingin mulia oleh sesuatu yang pasti akan berakhir, maka dia tidak akan mulia.
Kemuliaan hakiki adalah kalau kita bergantung kepada yang tidak akan pernah berakhir. Ada orang yang akan merasa mulia apabila mempunyai harta, maka dia akan mengumpulkan harta sebanyak mungkin, dia akan merasa bangga dengan banyak tabungannya, memakai mobil mewah, mempunyai rumah megah dan semua itu akan berakhir.
Baca Juga : Al Baasith Artinya
Boleh jadi dia yang meninggalkan hartanya atau hartanya yang meninggalkan dia. Seperti itu semua tidak salah, asalkan semua yang ada pada diri kita menjadi jalan untuk kemuliaan yang hakiki menurut pandangan Allah SWT.
Kalau orang sudah menyukai dengan sesuatu yang kekal, maka mencari harta penuh dengan kejujuran. Karena kejujuran itu kekal nilainya. Kalau sudah dapat harta maka distribusikan dengan zakat, shodaqoh, maka akan kekal.
Kalau saudara ingin mulia dengan harta, maka selalu shodaqoh. Semakin banyak orang yang lapar, tidak berpakaian menjadi bisa makan dan berpakaian melalui perantara tetesan keringat yang dapat kita berikan kepada mereka. Ada dua kunci pokok yang perlu kita lakukan:
1. Perbaiki diri terus menerus, karena kita jatuh bukan dari orang lain, tetapi kita jatuh oleh perbuatan diri kita sendiri.
2. Tingkatkan kemampuan supaya kita bisa berbuat lebih baik.
Orang yang bermanfaat itu adalah orang yang bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya orang lain, selebihnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Jabatan tidak identik dengan kemuliaan, karena tidak sedikit orang yang diberikan jabatan oleh Allah tetapi untuk memperlihatkan kehinaannya, sehingga kuncinya sabar. Sabar ketika diuji dengan kesusahan lebih banyak yang sukses dibanding sabar jika diuji oleh kelapangan.
Baca Juga : Al Alim Artinya
Kalau saudara ingin punya kemuliaan dan saudara mempunyai kedudukan, jangan saudara bersandar dengan kedudukan tersebut. Jadi kedudukan itu untuk mengajak orang banyak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Bukan jabatan yang penting, tetapi nilai manfaat dari jabatan tersebut yang penting.
Jadi kita jangan merasa mulia dengan sesuatu yang tidak kekal, Menurut Imam Ibnu Atthaillah justru kemuliaan itu letaknya kalau kita menyukai sesuatu yang kekal. Itulah yang membuat kita mulia hakiki. Kalau wanita hanya mengandalkan penampilan maka akan berakhir, makin bertambah umur makin turun penampilan fisiknya.
Tetapi kalau wanita mengandalkan kemuliaan yang kekal, iman, akhlaq pribadi yang mulia seperti Siti Khotidjah, maka semakin tua semakin menawan dihadapan Rasullullah.
“Inna akraa makum ‘in dallahi atqokum“ – Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Jangan sampai kita bersikap yang berlebihan terhadap orang yang mempunyai pangkat, jabatan dan harta kekayaan. Kita harus bersikap yang proporsional, biasa-biasa saja. Karena boleh jadi orang yang kelihatannya hina menurut pandangan manusia tetapi mulia di sisi Allah SWT.
Kita juga harus memuliakan orangtua kita. Merekalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Memuliakan orangtua dibuktikan dengan berbakti kepada keduanya, tidak menyakiti perasaannya, apalagi durhaka kepadanya.
Allah memuliakan orang-orang yang jiwanya tenang sehingga mereka mengetahui keindahan kepada hadirat Allah SWT. Mereka diberi ketenangan hati sehingga tak lagi memerlukan apa-apa dari selain Allah.
Mereka diberikan kekuatan dan dukungan sehingga bias mengendalikan wataknya. Allah juga memuliakan mereka di akhirat yakni dapat menemui-Nya. Allah akan memanggil mereka dan berfirman yang artinya “Wahai Jiwa yang Tenang kembalilah kepada Tuhanmu.”
Baca Juga : Al Fattah Artinya
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, tidak semua orang mendapatkan kemuliaan dari Allah. Ada sebagian manusia yang mendapatkan kehinaan akibat perbuatan yang dilakukan. Allah SWT menyatakan dalam firmannya :
Artinya :
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mu’min) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. ( Q.S. Al-Hadid/57:14 )
Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian?
Karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz
Baca Juga : Ar Razzaq Artinya