Pengertian sosiologi

Diposting pada
Rate this post

Max weber

Pengertian Sosiologi – Menurut Weber, pokok kajian sosiologi adalah tindakan sosial. Namun, tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan disebut sebagai tindakan sosial hanva jika tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Sebagai contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial. Namun, menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. Contoh lain, orang yang bunuh diri karena penyakit menahun bukan tindakan sosial.


Namun, bunuh diri karena mencuri sehingga merasa bersalah kepada orangtuanya merupakan tindakan sosial. Max Weber ingin menekankan bahwa tindakan tertentu dapat memiliki makna subjektif bagi pelakunya.

Guna memahami makna subjektif dari tindakan individu tersebut, seorang sosiolog harus mampu melakukan empati (merasa sama atau senasib sepenanggungan dengan orang lain). Dia harus dapat menempatkan dirinya dalam posisi pelaku sehingga dapat menghayati pengalamannya.

Wright Mills

Pengertian Sosiologi sosiologi menurut C. Wright Mills terkenal dengan sebutan khayalan sosiologis (the sociological imagination) Khayalan sosiologis ini diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.

Menurut Mills, dengan khayalan sosiologis, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanva.

Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah personal troubles of milieu dan publie issues of social structure Personal troubles of milieu adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi, sedangkan public issues of social structure merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Sebagai contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah personal trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi.

Sementara, jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan pubhe issue yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi

Peter L. Berger

Pengertian Sosiologi menurut Berger adalah pengungkapan realitas sosial. Seorang sosiolog harus bias menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga.

Syaratnya, sosiolog tersebut harus engikui aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, pengamatan tabir secara jeli, dan menghindari penilaian normative Hal ini disebabkan karena realitas sosial adalah sebuah bentukan dan bukan merupakan sesuatu yang begitu saja ada.

 Spesialisasi dalam Sosiologi

Telah kita bahas sebelumnya bahwa sosiologi menaruh minat pada studi tentang perilaku manusia dalam masyarakat. Namun demikian, para sosiolog umumnya memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam melihat objek sosiologi ini. Ada yang mungkin

lebih tertarik untuk mengupas tentang perilaku manusia yang menyimpang (sosiologi kriminal), tetapi ada juga yang mungkin lebih tertarik mengupas tentang aspek politik dari kehidupan social masyarakat (sosiologi politik) Ketertarikan yang berbeda-beda tersebut menumbuhkan berbagai spesialisasi dan sub-subilmu dalam sosiologi.

Sedikitnya ada sekitar 50 spesialisasi dan subilmu dalam Sosiologi. Tabel berikut menunjukkan sebagian dari spesialisasi dan subilmu dalam sosiologi.

seperti studi Sejarah Sosial Pernikahan dan Keluarga, Pernikahan dan Keluarga di Masyarakat yang Berbeda, Demografi Pernikahan dan Keluarga, Problem Keluarga, serta Studi tentang Anak-Anak.

Beberapa Ide Mendasar dalam Sosiologi

Kita telah mempelajari bahwa dalam sosiologi terdapat berbagai macam spesialisasi atau cabang cabang ilmu. Namun demikian, setidaknya ada beberapa ide atau konsep mendasar yang disepakati oleh hampir semua sosiolog tentang objek sosiologi. Ide atau konsep mendasar itu adalah sebagai berikut.

  1. Masyarakat dan social setting lainnya seperti nilai dan norma sosial adalah hasil karya atau produk manusia.

Dalam buku The Social Construction of Reality, Peter L. Berger dan Thomas Luckman mengungkapkan bahwa masyarakat sebagaikenyataan objektif adalah produk manusia. Manusia dengan segala dinamikanya adalah pembentuk masyarakat itu sendiri.

Dengan kata lain, masyarakat di mana manusia-manusia berada, nilai, dan aturan aturan sosial yang menuntun mereka semuanya adalah produk dan buatan manusia. Sebagai gambaran tentang konsep ini, Arief Budiman memberikan contoh sebagai berikut.

Pada zaman dulu, dalam masyarakat kita terdapat larangan menggunting kuku di malam hari karena dianggap tabu. Larangan ini adalah buatan manusia- manusia zaman itu. Ketika itu, masyarakat belum memiliki penerangan yang memadai.

Untuk menghindari kecelakaan akibat menggunting kuku dalam keadaan penerangan yang tidak cukup, manusia-manusia menciptakan larangan itu disertai dengan “cap” tabu. Larangan ini tentu tidak sesuai untuk manusia zaman sekarang. Manusia pun tidak menggunakan lagi norma

Contob lain, di Amerika Serikat., pada pertengahan abad ke- 19, hak asuh anak pada keluarga yang bercerai diberikan kepada sang suami. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa anak adalah milik keluarga pria (suami).

Namun pada pertengahan tahun 1800-an, terjadi peruhalhan di mana hak asuh anak yang masih menyusui diberikan kepada sang istri sampai anak tersebut sudah cukup mandiri untuk diserahkan kepada sang suami. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa anak-anak tersebut masih sangat membutuhkan ibunya.

Pada perkembangan selanjutnya, terjadi pergeseran di mana sang istri diberi hak asuh penuh terhadap anak karena anak dianggap lebih baik diasuh oleh ibu daripada ayahnya.


Namun, dalam dua dekade terakhir, argumen ini mulai dipertanyakan. Berbagai orang mulai mempertimbangkan untuk membagi hak asuh anak antara suami dan istri. Pertimbangan ini kemudian mempengaruhi keputusan para hakim.

Dalam banyak kasus, para hakim memutuskan untuk memberikan hak asuh anak baik kepada sang suami maupun sang istri Dari contob di atas terlihat bahwa segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat adalah karena aktivitas manusia. Sosiologi menaruh perhatian pada usaha-usaha individu baik dahulu maupun sekarang dalam mendukung atau mengubah masyarakatnya.

Masyarakat mempengaruhi dan membentuk perilaku manusia. Bagi Berger, manusia sebagai pencipta masyarakat adalah kenvataan objektif dan masyarakat akan mempengaruhi kembali manusia yang menciptakannya. Proses ini berlangsung dalam tiga proses, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Coba perhatikan diri kita sejak bayi hingga sekarang Ketika lahir, kita hanya memiliki sejumlah tindakan atau gerak refleks. Lama kelamaan, karakter kita mulai dibentuk oleh sejumlah agen sosial.

Orangtua sebagai agen sosial keluarga dan masvarakat mulai mengajari sejumlah tindakan, nilai, dan keterampilan dasar untuk hidup seperti cara makan, bicara, dan berbagai tradisi masyarakat lainnya.

Ketika usia sekolah, kita mulai mendapat pengaruh dari para guru dalam hal membaca, menulis, serta berbagai standar perilaku dan sikap. Selanjutnya, kita juga banyak dipengaruhi oleh teman, kolega, masyarakat sekitar, media massa seperti koran, televisi, dan sebagainya.

Contoh yang paling nyata bagaimana pengaruh masyarakat terhadap perilaku seseorang adalah dalam hal pakaian dan model rambut.

Sadar atau tidak, model pakaian dan rambut kita sangat dipengaruhi oleh masyarakat. Coba telusuri model pakaian dan rambut masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang! Terlihat bahwa manusia diubah oleh masyarakatnya.

Perubahan itu tidak terbatas hanya pada pakaian atau model rambut saja, tetapi juga mencakup sikap, kepercayaan, perilaku hidup, moralitas, politik, agama, maupun pekerjaan. Ketika memasuki babak baru kehidupan, ketika memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, ketilka masuk pekerjaan baru, komunitas baru, kita terus diubah dan dibentuk masyarakat.

Ciri Sosiologi sebagai lmu Pengetahuan

Sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan karena mengandung beberapa unsur di atas tadi. Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut

  1. Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi dalam melakukan kajian tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi, tidak spekulatif, dan hanya menggunakan akal sehat (commonsense).
  2. Sosiologi bersifat teoritis. Sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi adalah kerangka dari unsur-unsur yang didapat di dalam observasi, disusun secara logis, serta memiliki tujuan untuk menjelaskanhubungan sebab akibat.
  3. Sosiologi bersifat kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori lama.
  4. Sosiologi bersifat non-etis. Yang dilakukan sosiologi bukan mencari baik buruknya suatu fakta, tetapi menjelaskan fakta- fakta tersebut secara analitis. Itulah sebabnya para sosiolog tidak bertugas untuk berkhotbah dan mempergunjingkan baik buruknya tingkah laku sosial suatu masyarakat.

Pengertian Sosiologi – Tokoh pertama yang meletakkan sosiologi sebagai sebuah ilmu adalah Emile Durkheim. Durkheim menyatakan bahwa sosiologi memiliki objek kajian yang jelas yaitu fakta sosial.

Durkheim mendefinisikan fakta sosial ini sebagai sebuah cara bertindak, berpikir, dan merasa, yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya.

Contoh, kita harus menggunakan tangan kanan ketika bersalaman, kita harus menghormati orang yang lebih tua dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain. Sementara untuk metodologi, Durkheim mengemukakan konsep bebas nilai (value free).

Pengertian Sosiologi – Menurut konsep ini, seorang sosiolog dalam melakukan penelitian terhadap masyarakat perlu melakukan batasan antara yang diteliti dan yang meneliti.

Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat bersifat objektif. Seperti layaknya ilmu alam, Durkheim melihat masyarakat sebagai sebuah laboratorium raksasa dan para sosiolog adalah ilmuwan yang mengamati dan bereksperimen sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Metode-Metode Sosiologi

Mengenai metode ilmiah, sosiologi mengenal dua macam metode ilmiah, yakni metode kualitatif dan kuantitatif.

  1. Metode kualitatif mengutamakan cara kerjanya dengan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan penilaian-penilaian terhadap data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka.
  2. Metode kuantitatif mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka atau gejala-gejala yang diukur dengan skala, indeks, tabel, atau uji statistik.

 Mengenai kedua metode ini akan kita pelajari lebih mendalam di kelas XII

Sementara itu, langkah-langkah utama dalam sebuah penelitian sosiologi adalah sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi masalah.
  2. Merumuskan masalah dan menentukan ruang lingkup penelitian.
  3. Merumuskan hipotesa yang relevan dengan masalah yang diajukan
  4. Memilih metode pengumpulan data
  5. Mengumpulkan data
  6. Menafsirkan data.
  7. Menarik kesimpulan.