√ Macam Hidrolisis Garam : Pengertian, Contoh dan Penggunaanya

Diposting pada
2.6/5 - (30 votes)

Hidrolisis Garam

Jika suatu garam dilarutkan ke dalam air, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:

  1. Garam akan bereaksi dengan pelarut air (mengalami hidrolisis) membentuk ion H+ atau ion OH. Akibatnya larutan akan bersifat asam atau basa. Yang dapat mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung ion elektrolit lemah (ion yang dapat menghantarkan arus listrik).
  2. Garam tidak bereaksi dengan pelarut air (tidak terhidrolisis) sehingga larutan tetap bersifat netral. Yang tidak terhidrolisis adalah garam yang tidak mengandung ion elektrolit lemah (ion yang dapat menghantarkan arus listrik). Oleh karena itu, garam-garam dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan asam dan basa asalnya sebagai berikut.

Pengertian Hidrolisis Garam

Hidrolisis adalah istilah umum untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H3O+ (= H+) atau ion OH. Jika hidrolisis menghasilkan ion H3O+ maka larutan bersifat asam, tetapi jika hidrolisis menghasilkan ion OH maka larutan bersifat basa.

Hidrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam basa Bronsted Lowry. Komponen garam yang berasal dari asam atau basa lemah merupakan basa atau asam konjugasi yang relatif kuat dapat bereaksi dengan air, sedangkan komponen garam yang berasal dari asam atau basa kuat. Reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air disebut reaksi penetralan. Akan tetapi larutan garam tidak selalu bersifat netral.


Untuk mengetahui sifat dari larutan garam, lakukanlah percobaan berikut. Pada percobaan diuji sifat dari berbagai jenis larutan garam dengan indikator asam basa. Anda tentu dapat menemukan bahwa larutan garam ada yang bersifat netral, bersifat asam, atau bersifat basa.

Macam-macam Hidrolisis Garam

Sifat larutan garam itu bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya. Sifat larutan garam disimpulkan pada tabel berikut.

Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa, atau netral? Untuk menjelaskan sifat larutan garam digunakan konsep hidrolisis. Berdasarkan asam dan basa penyusunnya, garam dikelompokkan menjadi 4 macam sebagai berikut.

  1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam air mengalami hidrolisis sebagian. Karena salah satu komponen garam (anion dan asam lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion OH, maka pH > 7 sehingga larutan garam bersifat basa.

Contoh soal hodrolisasi garam

  1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis sebagian karena salah satu komponen garam (kation basa lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan ion H+ maka pH < 7 sehingga larutan garam bersifat asam.

Rumus:

  1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis total. Karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa lemah) terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH sehingga harga pH larutan ini tergantung harga Ka dan Kb. Rumus:

Berdasarkan rumus di atas maka harga pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan, tetapi tergantung pada harga Ka dan Kb dari asam dan basa pembentuknya.

  1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dalam air tidak mengalami hidrolisis. Karena kedua komponen garam tidak terhidrolisis sehingga pH larutan sama dengan air yaitu pH = 7 bersifat netral.
  2. Penggunaan Hidrolisis

Penggunaan hidrolisis antara lain:

  1. Untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, atau titrasi antara basa lemah dengan asam kuat.
  2. Penetralan asam lemah oleh basa kuat Perubahan pH pada penetralan asam lemah oleh basa kuat, dalam hal ini 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M yang ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi sedikit hingga mencapai 60 mL, ditunjukkan oleh gambar.

Gambar 7.2. Garis hitam tebal memperlihatkan kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat, dalam hal ini asam asetat dengan NaOH. Garis putus-putus memperlihatkan kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat

Berdasarkan gambar dapat disimpulkan:

1) Titik ekivalen berada di atas 7, yaitu antara 8–9.

2) Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ± 10.

3) Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena akan mengalami perubahan warna jauh sebelum tercapai titik ekivalen.

  1. Penetralan basa lemah oleh asam kuat Perubahan pH pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, misalnya 50 mL larutan NH3 0,1 M yang ditetesi dengan larutan HCI 0,1 M sedikit demi sedikit hingga mencapai 60 mL, ditunjukkan oleh gambar.

Gambar 7.3 Garis hitam tebal menunjukkan kurva titrasi basa lemah dengan asam kuat, dalam hal ini larutan NH3 dengan larutan HCI. Garis putus-putus merupakan kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat.

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan:

  1. Titik ekivalen pada penetralan basa lemah oleh asam kuat berada di bawah 7.
  2. Lonjakan pH sekitar titik ekivalen juga lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4.
  3. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan indikator metil merah (trayek: 4,2–6,3).
  4. Larutan pencuci dalam laboratorium atau dalam industri digunakan larutan natrium karbonat, Na2CO3 atau NaHCO3 dan bukan larutan NaOH. Misalnya: kulit terkena asam kuat, segera dicuci dengan larutan Na2CO3 atau NaHCO3 dan bukan larutan NaOH. Sebaliknya jika kulit terkena basa kuat, dicuci dengan larutan amonium klorida dan bukan larutan HCI.

demikianlah artikel dari dosenmipa.com mengenai Hidrolisis Garam. semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.