Larutan asam dan basa
Daftar Isi Artikel
Larutan asam dan larutan basa merupakan larutan elektrolit. Larutan tersebut dapat pula dikenali dengan ciri lainnya, yaitu sebagai berikut. Asam mempunyai rasa masam. Contoh cuka dapur mempunyai rasa masam karena di dalamnya terkandung asam asetat. Vitamin C, rasanya juga masam karena di dalamnya terkandung asam askorbat.
Buah jeruk nipis pun mempunyai rasa masam karena mengandung asam sitrat. Basa mempunyai rasa pahit dan licin bila dipegang. Contohnya, kapur sirih mempunyai rasa pahit dan sabun bila dipegang terasa licin. Perlu diketahui tidak semua asam dan basa dapat dicicipi. Untuk menentukan larutan asam dan basa diuji dengan menggunakan indikator.
- √ Hukum kesetimbangan kimia : Pengertian, Faktor dan Contohnya
-
Teori Asam dan Basa Menurut Arrhenius
Untuk menjelaskan sifat asam dan basa dapat diterangkan berdasarkan teori asam dan basa menurut Arrhenius.
-
Asam menurut Arrhenius
Asam didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat memberikan ion hidrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air.
Berdasarkan rumusnya terlihat setiap asam mengandung unsur hidrogen. Ciri khas asam ialah dalam pelarut air zat itu mengion menjadi hidrogen yang bermuatan positif (H+) dan ion lain yang bermuatan negatif yang disebut sisa asam. Ion H+ inilah yang sebenarnya pembawa sifat asam dan yang menyebabkan warna lakmus biru menjadi merah.
Jadi, asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+. Tidak semua senyawa hidrogen adalah asam, misalnya, C2H5OH. Demikian pula tidak semua hidrogen dalam rumus kimia suatu asam dalam larutan dapat dilepaskan sebagai ion H+. Misalnya dalam rumus kimia asam asetat terdapat empat atom hidrogen tetapi satu atom H saja yang dapat dilepaskan sebagai ion H+.
Asam yang dalam larutan banyak menghasilkan H+ disebut asam kuat, sedangkan asam yang sedikit menghasilkan ion H+ disebut asam lemah. Sifat kuat atau lemah dari asam dapat diselidiki dengan alat uji elektrolit. Jumlah ion H+ yang dilepaskan oleh asam disebut valensi asam.
Satu molekul asam yang dalam pelarut air dapat memberikan satu ion H+ disebut asam monoprotik dan yang dapat memberikan dua ion H+ dalam larutannya disebut asam diprotik, sedangkan yang dapat memberikan tiga ion H+ dalam larutannya disebut asam triprotik. Berikut ini diberikan beberapa contoh asam monoprotik, diprotik, dan tripotik serta reaksi ionisasinya.
-
Basa menurut Arrhenius
Basa didefinisikan sebagai zat-zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH– ).
Berdasarkan contoh persamaan reaksi ionisasi basa di atas dapat diketahui bahwa senyawa basa dalam air akan terionisasi menghasilkan ion OH– . Dengan demikian, sifat basa disebabkan adanya ion OH– .
Ion OH inilah sebagai pembawa sifat basa yang menyebabkan warna lakmus merah berubah menjadi biru. Basa yang dalam larutan banyak menghasilkan ion OH– disebut basa kuat, sedangkan yang sedikit menghasilkan ion OH– disebut basa lemah. Tidak semua senyawa yang dalam rumus kimianya terdapat gugus hidroksida termasuk golongan basa. Misalnya:
-
Konsep Asam Basa Bronsted dan Lowry
Telah dijelaskan menurut teori asam basa Arrhenius bahwa asam merupakan senyawa hidrogen yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dalam larutan, sedangkan basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH– dalam larutan. Teori asam basa yang dikemukakan oleh Arrhenius mempunyai kelemahan untuk
menjelaskan fakta-fakta baru yang ditemukan, karena hanya dapat menjelaskan senyawa-senyawa yang memiliki jenis rumus kimia HA untuk asam dan LOH untuk basa. Teori ini tidak dapat menjelaskan bahwa CO2 dalam air bersifat asam atau NH3 dalam air bersifat basa.
Pada tahun 1923 Johanes N. Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan teori asam dan basa sebagai berikut.
Asam adalah senyawa yang dapat memberikan proton (H+) kepada senyawa lain. Disebut juga donor proton. Basa ialah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.
Disebut juga akseptor proton. Dengan menggunakan konsep asam dan basa menurut Bronsted Lowry maka dapat ditentukan suatu zat bersifat asam atau basa dengan melihat kemampuan zat tersebut dalam serah terima proton dalam larutan. Dalam hal ini pelarut tidak terbatas oleh pelarut air saja. Tapi dapat berupa pelarut lain yang sering dijumpai di laboratorium, misalnya alkohol, amonia cair, dan eter.
-
Teori Asam Basa Lewis
Pada tahun 1923 G.N. Lewis seorang ahli kimia dari Amerika Serikat, memperkenalkan teori asam dan basa yang tidak melibatkan transfer proton, tetapi melibatkan penyerahan dan penerimaan pasangan elektron bebas.
Berdasarkan ini Lewis mengemukakan teori baru tentang asam basa sehingga partikel ion atau molekul yang tidak mempunyai atom hidrogen atau proton dapat diklasifikasikan ke dalam asam dan basa.
-
Pengertian asam basa Lewis
Berdasarkan contoh reaksi asam basa ini Lewis menyatakan bahwa asam adalah suatu molekul atau ion yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektronnya.
Teori asam basa Lewis dapat digambarkan pada reaksi berikut.
-
Boron trifluorida dan fluor
BF3 bertindak sebagai asam, dapat menerima pasangan elektron dari F–. F– bertindak sebagai basa, dapat memberikan pasangan elektron kepada BF3.
-
Boron
trifluorida dengan amonia
NH3 menyerahkan pasangan elektron bebasnya kepada molekul BF3. Menurut teori ini NH3 bertindak sebagai asam dan BF3 bertindak sebagai basa. Pada pembentukan senyawanya terjadi ikatan kovalen koordinasi.
- Keunggulan asam basa Lewis
Beberapa keunggulan asam basa Lewis yaitu sebagai berikut.
- Sama dengan teori Bronsted dan Lowry, dapat menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut lain atau pun tidak mempunyai pelarut.
- Teori asam basa Lewis dapat menjelaskan sifat asam basa molekul atau ion yang mempunyai pasangan elektron bebas atau yang dapat menerima pasangan elektron bebas. Contohnya pada pembentukan senyawa komplek.
- Dapat menerangkan sifat basa dari zat-zat organik seperti DNA dan RNA yang mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas.
-
Indikator Asam dan Basa
Untuk mengenali suatu zat bersifat asam atau basa kita tidak boleh sembarangan mencicipi atau memegangnya, karena akan sangat berbahaya. Contoh asam sulfat (H2SO4), dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai accu zuur (air aki).
Bila asam sulfat terkena tangan akan melepuh seperti luka bakar dan bila terkena mata akan buta. Contoh lain, natrium hidroksida (NaOH) banyak digunakan untuk membersihkan saluran air bak cuci, bila terkena tangan akan terasa licin dan gatal-gatal serta tangan mudah terluka iritasi.
Jadi, bagaimana cara mengenali zat bersifat asam atau basa? Cara yang tepat untuk menentukan sifat asam dan basa adalah dengan menggunakan zat penunjuk yang disebut indikator.
Indikator asam basa adalah zat yang dapat berbeda warna dalam lingkungan asam dan basa.
Ada beberapa jenis indikator yang dapat digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat asam dari larutan yang bersifat basa, antara lain kertas lakmus, indikator, dan indikator alami.
- Kertas lakmus Indikator yang sering digunakan di laboratorium kimia adalah kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Untuk lebih jelasnya lakukan percobaan berikut.
demikianalah artikel dari dosenmipa.com mengenai Indikator Asam Basa : Pengertian, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.