Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan Shilah.
Shilah(anak kalimat) itu harus memiliki dhamir yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: “yang”. Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah: الَّذِيْ (yang). Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I جَاءَ الْمُدَرِّسُ = “datang guru itu”.
Kalimat II اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = “guru itu mengajar fiqh”.
Kalimat III جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = “datang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: الَّذِيْ.
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
c) Huruf كَىْ “Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh = جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً “saya datang supaya kamu memuliakan atas Zaid”
d) Huruf مَا “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah = لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً “saya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً “saya heran tentang pukulanmu kepada Zaid”
e) Huruf لَوْ “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ “saya senang jika Zaid sudah berdiri”
“Adapun Isim Mausũl yaitu الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu الَّتِي. Jika keduanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.
Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tersebut, sekarang iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: الذان dan التان ketika mahal Rofa’. dan menjadi: الذَيْن dan التَين ketika mahal Nashab dan Jarr). adapun Nun-nya jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.
Contoh Mutsanna (dual) mahal Rofa’ = جَاءَ الَلذِّانِ قَامَ ابُوْهُماَ “ telah datang dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Nashab = رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya melihat dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Jarr = مَرَرْتُ بِللَّتَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya bertemu dengan dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Jamak-nya lafadz الَّذِي (Isim Mausũl tunggal laki-laki) adalah الألَى atau الَّذِيْنَ secara mutlak (baik untuk mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan Wawu ketika mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ )
Lafadz الَّتِي (Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan juga اللاَّءِ dihukumi seperti الَّذِيْنَ (isim Mausũl jamak untuk perempuan) tapi jarang.
Contoh mahal Rofa’ = جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Nashab = رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya melihat mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Jarr = مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Rofa’ بالوو = نَحْنُ اللَّذُوْنَ صَبَحُوْا الصَّبَاحَا يَوْمَ النٌّحَيْلِ غاَرَةً مِلْحَاحَا “kami datang diwaktu pagi-pagi sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami sungguh menjelekkannya”.
Contoh = وَٱلَّـٰتِى يَأۡتِينَ ٱلۡفَـٰحِشَةَ مِن نِّسَآٮِٕڪُمۡ “Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji ,..”(Q.S. An-Nisa’: 15)
Contoh = وَٱلَّـٰٓـِٔى يَٮِٕسۡنَ مِنَ ٱلۡمَحِيضِ مِن نِّسَآٮِٕكُمۡ “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu..” (Q.S. At-Thalaq: 4)
3) Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
وَمَنْ وَمَا وَأَلْ تُسَاوِي مَا ذُكِرْ
Adapun Isim Mausũl مَنْ, مَا , dan أَلْ adalah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
Contoh = جَاءَ نِيْ مَنْ قَامَ، وَمَنْ قَامَتْ، وَمَنْ قَامَا، وَمَنْ قَامَتَا، وَمَنْ قَامُوْا، وَمَنْ قُمْنَ “datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”[5]
Isim Mausũl ذَا statusnya sama dengan isim Mausũl مَا (dipakai untuk tunggal, dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan syarat (1) ذَا jatuh sesudah ما Istifham atau من Istifham, (2); ذَا tidak dibatalkan didalam Kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
Contoh = مَنْ ذاَ جَاءَكَ – مَاذاَ عِنْدَكَ “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang disampingmu”
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir atau ’Aid yang kembali kepada Isim Mausũl)
Contoh =
جَاءَ نِيْ الَذِّي ضَرَبْتُهُ – والَذِّانِ ضَرَبْتُهُمَا- الَذِّيْنَ ضَرَبْتُهُمْ “datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
جَائَتِ الَّتِي ضَرَبْتُهَا- والَّتَانِ ضَرَبْتُهُمَا- واللَّاتِي ضَرَبْتُهُنَّ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah) merupakan Shilah untuk Isim Mausul ال “Al”, sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.
Contoh isim fa’il = جَاءَ نِيْ الضَّارِبٌ “datang kepadaku orang yang memukul”
Contoh isim maf’ul = جَاءَ نِيَ المَضْرُوبٌ “datang kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat = جَاءَ نِيْ الحَسَنُ وَجْهُهُ “datang kepadaku orang yang memiliki wajah tampan
6) Bentuk Isim Maushũl Ayyun (أَيٌّ) dan Shilahnya
Isim Mausul أيّ “Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ “manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ “manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
Contoh = يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ “manakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) setelah Fi’il Amarnya lafadz قَضَى.
Contoh = فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ “maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh = مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ) “berjalanlah kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu”
Artikel:
تَحَدَّثَ احْمَد معَ عمِّهِ الَذِّي عادَ من الحَجّ
شَاهدتُ الَذِّي يَجْرِي بينَ المَزَارِعْ
من اركانِ الاسلامِ الزكاتُ التي تُجِبُ على القادرينَ
مكَّة من الاَماكِنِ الّتي تزْدَحِمِ بِالحُجَّاج
انظُرْ الى الحُجَّاج الَّذِّيْنَ يطُوْفُوْنَ بالكعبة
تذكرتُ المسلمِينَ الَّذِّيْنَ جَاهدُوا في سبيل الله
انظُرْ الى المسلمَاتِ اللَّاتِي يطُفْنَ بِالكعبة
يُجِبُّ المُدَرِسُ الطَلِبَاتُ اللَّاتِي يَجْتَهِدْنَ في دُرُسِهِنَّ
Ahmad bebincang-bincang dengan pamannya yang pulang dari Hajji. Saya melihat sungai yang mengalir diantara tumbuh-tumbuhan.
Termasuk rukun islam adalah Zakat yang mana telah diwajibkan bagiorang yang mampu.
Makkah merupakan sebuah tempat yang mana orang-orang yang Hajji saling berdesak-desakan.
Lihatlah pada orang-orang yang berhajji yang mana mereka sedang Thawaf.
Saya ingat pada orang-orang islam yang mana mereka bersungguh-sungguh dijalan Allah.
Saya melihat pada para muslimin (perempuan) yang mana mereka sedang melakukan Thawaf di Ka’bah.
Seorang pengajar (guru) senang kepada para muridnya (perempuan) yang bersungguh-sungguh didalam pelajarannya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Contoh secara umum penggunaan Isim Maushũl seperti di bawah ini:
1. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Muannats (perempuan) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ. contoh = جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْه = “datang guru (pr) yang mengajar fiqh itu”.
2. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Mutsanna (dual) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ contoh = جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (lk) yang mengajar fiqh itu”. contoh =جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَان تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = “datang dua orang guru (pr) yang mengajar fiqh”.
3. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Jamak (banyak)maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ contoh = جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu”, Dan contoh = جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (pr) yang mengajar fiqh itu”.
الذي
yang
=
Untuk jenis laki-laki tunggal
التي
yang
=
Untuk perempuan tunggal
اللذان
yang
=
Untuk dua laki-laki
اللتان
yang
=
Untuk dua perempuan
الذين
yang
=
Untuk banyak laki-laki
اللاتي
yang
=
Untuk banyak perempuan
من
yang
=
Khusus untuk yang berakal
ما
yang
=
Khusus untuk yang tidak berakal
Contoh-contoh:
غلبت الذى غلبني
Saya telah menang dari orang yang telah pernah mengalahkanku
سفرت التى كانت عندنا
Telah pergi perempuan yang tinggal bersama kami
احبّ الذين علموني
Aku mencintai orang-orang yang telah mengajari aku
أحسن الى من احسن اليك
Berbuat baiklah kamu kepada orang yang berbuat baik kepadamu
لاتأكل مالا تستطيع هضمه
Janganlah engkau makan sesuatu yang engkau tidak bisa mengunyahnya
– مَا : Untuk yang tidak berakal, laki-laki atau perempuan, mufrad, mutsanna atau jama’.
Contoh:
أَعْجَبَنِي مَا كَتَبْتَ مِنْ قِصَّةٍ
Satu kisah yang telah engkau tulis mengagumkan aku.
Atau:
مَا كَتَبْتَ مِنْ قِصَّتَينِ
Dua kisah yang telah engkau tulis…
مَا كَتَبْتَ مِنْ قَصَصٍ
Kisah-kisah yang telah engkau tulus…
Isim maushul adalah isim mabni ( kecuali اللذَانِ dan اللتَانِ, keduanya mu’rab seperti i’rabnya mutsanna). Bersamaan dengan tetapnya huruf terakhir isim maushul tanpa adanya perubahan, maka isim maushul mabni pada posisi rafa’, nashab atau jar sesuai kedudukannya dalam kalimat.
Contoh:
كُوفِئَ الَّذِينَ نَجَحُوا
Para lelaki yang berhasil itu diberi hadiah.
(الَّذِينَ : Isim maushul mabni atas fathah pada posisi rafa’ naibul fa’il – نَجَحُوا : Jumlah fi’liyah dari fi’il نَجَحُ dan fa’il wawu jama’ah , jumlah sebagai shilah maushul)
Sesungguhnya mobil yang berjalan di samping kami melaju cepat.
(الَّتِي : Isim maushul mabni atas sukun pada posisi nashab badal bagi isim inna – تَسِيرُ : Jumlah fi’liyah dari fi’il dan fa’il, shilah maushul)
Shilah maushul bisa berupa:
a. Jumlah fi’liyah, sebagaimana pada contoh-contoh yang telah lewat.
b. Jumlah ismiyah, contoh:
حَضَرَ الَّذِينَ هُمْ أَصْدِقَائِي
Telah hadir para lelaki yang mereka adalah teman-temanku.
c. Zharaf, contoh:
اُنْظُرْ إِلَى اللَوحَةِ الَّتِي أَمَامَكَ
Lihatlah ke papan di depanmu.
d. Jar wa majrur, contoh:
قَطَعْتُ الأَزْهَارَ الَّتِي فِي الحَدِيقَةِ
Aku memetik bunga-bunga yang di kebun itu.
– Shilah maushul berupa jumlah fi’liyah atau ismiyah disyaratkan harus mengandung dhamir yang mengikat jumlah tersebut dengan isim maushul dan harus sesuai dalam hal jenis dan bilangannya. Dhamir ini dinamakan ((al ‘aid )).
Contoh:
أَحْسَنَتِ السَّيِدَاتُ اللَاتِي تَكَلَّمْنَ
Para nyonya yang berbicara itu telah berbuat baik.
(Shilah maushul mengandung nun niswah dimana ia mencocoki isim maushul pada jenis dan bilangannya)
Boleh menghapus ‘aid apabila bisa dipahami dari konteks kalimat.
Contoh:
جَاءَ الَّذِينَ كَافَأْتُ
Telah datang pria-pria yang telah aku beri hadiah.
(yaitu الَّذِينَ كَافَأْتُهُمْ )
Hal tersebut sering terjadi apabila ‘aid berupa dhamir muttashil pada posisi nashab sebagaimana pada contoh yang lalu.
– Pada shilah maushul berupa zharaf atau jar wa majrur disiratkan fi’il yang dihapus secara wajib, tersiratnya (( اِسْتَقَرَّ )), contoh:
Bunga-bunga yang terletak di kebun itu telah dipetik.
Catatan:
a. Perlu diperhatikan bahwa isim maushul ((الَّذِينَ, اللَاتِي dan اللَائِي )) digunakan untuk semua jama’ berakal. Untuk jama’ tidak berakal menggunakan isim maushul ((الَّتِي dan مَا )).
Contoh:
قَرَأْتُ المَقَالَاتِ الَّتِي كَتَبْتَهَا
Aku telah membaca makalah-makalah yang engkau tulis.
قَرَأْتُ مَا كَتَبْتَ مِنَ المَقَالَاتِ
b. Kata (( أَيُّ )) kadang menjadi isim maushul apabila memungkinkan diletakkan pada posisinya isim maushul ((مَنْ )) atau (( مَا )) kemudian pada keadaan demikian ia mu’rab.
Contoh:
يُعْجِبُنِي أَيٌّ أَدَّى وَاجِبَهُ
Siapa pun yang menunaikan kewajibannya ia mengagumkan aku.