Masdar

Diposting pada
4.8/5 - (169 votes)

Pengertian Masdar

Secara bahasa, masdar berarti sumber atau asal. Karena, menurut sebagian ulama nahwu masdar merupakan asal  isim-isim musytaq;  Fi’il madhi terjadi dari masdar. Madhi mazid berasaal dari mujarradnya. Mudhari’ berasal dari madhi, dan majhulnya berasal dari ma’lumnya.

Baca Juga : Isim Mufrad

Seluruh isim musytaq berasal dari mudhari’ ma’lum kecuali isim maf’ul, karena ia berasal dari fi’il mudhari’ majhul. Adapun masdar di atas tsulasi, ia berasal dari fi’il madhi secara lafzhi tetapi maknanya berasal dari masdar tsulasi.

Adapun secara istilah, yang dimaksud dengan masdar adalah isim ma’na  yang mengandung makna perbuatan yang tidak memiliki masa, tempat, dan zat. Dalam defenisi Arabnya kira-kira seperti berikut:

المصدر هو ما دل على معنى او حدث مجرد من الزمان والمكان و الذات

 Contoh:

  • أَحْمَدُ يَقْرَأُ اْلقُرْآنَ , قِرَاءَتُهُ جَيِّدَةٌ

Artinya: “ Ahmad sedang membaca Al-Quran, bacaannya bagus.

Baca Juga ; Jumlah Mufidah 

Kata “  قراءة  “  (bacaan) merupakan masdar, mengandung makna perbuatan (membaca), namun (1) tidak memiliki masa (telah atau sedang) terjadinya perbuatan tersebut; (2) tidak menunjukkan tempat terjadinya perbuatan; dan (3) tidak memiliki zat, tidak berbentuk, atau sifatnya abstrak.

Sebagaimana dijelaskan bahwa masdar disebut juga isim makna ( اسم المعنى  ) yaitu isim yang menunjukkan makna yang sunyi dari zaman/waktu (terjadinya perbuatan). Itulah yang membedakannya dengan fi’il; fi’il mengandung dua hal, yaitu perbuatan dan waktu terjadinya perbuatan . Di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata benda abstrak, seperti kata “ bacaan (  قِرَاءَةٌ ) dan pertolongan ( نَصْرٌ  ).

Demikian juga, bahwa dalam bahasa Indonesia masdar juga bisa diartikan dengan arti kata kerjanya. Seperti:

  • يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ قِرَاءَةُ اْلقُرْآنِ

Artinya : Setiap Muslim harus membaca al-Quran. Kata “  قراءة   “ diartikan dengan makna “ membaca “.

Baca Juga : Mubtada Khobar

Macam-Macam Masdar

Ada enam bentuk macam masdar, yaitu: (1) Masdar asli ( المصدر الأصلي ), (2) Masdar ta’kid (مصدر التأكيد), (3)  Masdar marrah ( مصدر المرة ), (4) Masdar nau’ (مصدر النوع ), (5)  Masdar mimi ( المصدر الميمي ), (6) Masdar sina’i ( المصدرالصناعي ).

Berikut ini penjelasannya :

  1. Masdar asli

Masdar asli adalah masdar yang hakiki ,  tidak dimulai dengan mim zaidah, di akhirnya tidak ada ya musyaddadah yang setelahnya ta’ marbuthah, contoh:

  • عِلْمٌ , عَدْلٌ , جُلُوْسٌ .

Termasuk ke dalam masdar ashly yaitu; masdar yang menunjukkan bilangan perbuatan yang dilakukan, dan dikenal dengan istilah isim marrah (اسم المرة); masdar yang menunjukkan  bagaimana cara terjadinya perbuatan yang disebut dengan masdar nau’ (مصدر النوع).

  1. Masdar ta’kid

Yaitu masdar yang berfungsi sebagai taukid (penguat) perbuatan yang dilakukan, contoh :

  • أَكْرَمْتُ اْلأًسْتَاذَ اِكْرَامًا    saya sangat menghormati ustaz itu.
  • ضَرَبَ الرِجَالُ الِلصَ ضَرْبًا  Laki-laki itu betul-betul telah memukul pencuri itu.

Adapun struktur masdar ta’kid ini sebagaimana adanya (masdar asli), hanya saja masdar tersebut difungsikan sebagai ta’kid.

Baca Juga : Jamak Muannats Salim

  1. Masdar marrah

Yaitu masdar yang berfungsi menjelaskan jumlah perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu disebut juga dengan masdar ‘adad  (مصدر العدد ).  Contoh :

  • طَوَفْتُهُ تَطْوِيْفَةً وَاحِدَةً    saya mengitarinya satu kali putaran
  • ضَرَبَ الرَجُلُ كَلْبَهُ ضَرْبَةً   Lelaki itu memukul anjingnya satu kali

Masdar marrah terbentuk dari fi’il madhi tsulasy ma’lum dan ghair tsulasy; pertama, dibentuk dengan wazan “  فَـَعْلـَة “ dengan menambahkan ta’ di akhirnya. Seperti fi’il “  ضَـَرَبَ “ maka masdar marrahnya adalah “  ضـَرْبـَة  “, dan fi’il “  سَعَى  “ masdar marrahnya adalah “  سـَعْيـَة  “. Kedua, masdar marrah dibentuk dari fi’il ghair tsulasi dengan wazan masdar fi’ilnya, dengan menambahkan ta’ di akhirnya. Seperti fi’il “  كـَبَّرَ  “  masdar aslinya adalah “  تـَكـْبِيْراً “ maka marrahnya adalah “تـَكـْبـِيْرَة “.

Apabila masdar asli berakhir dengan ta’ pada asalnya, agar menunjukkan marrah, maka harus disifati dengan kata “  وَاحِدَة “. Seperti fi’il “ رَحِمَ  “ masdar aslinya adalah “  رَحـْمَة  “ maka masdar marrahnya adalah “  رَحـْمَة وَاحِدَة  “.

Baca Juga : Tashrif Lughawi dan Istilahi

  1. Masdar nau’

Disebut juga dengan masdar hai’ah ( الهيئة اسم) yaitu masdar yang berfungsi menjelaskan bentuk perbuatan dan sifatnya ketika terjadinya perbuatan tersebut.

 Contoh :

  • نَظَرْتُ اِلَيْهِ نِظْرَةَ اْلمَحَب Saya melihatnya dengan pandangan cinta
  • جَلَسَ مَحمود جٍلْسَةَ الْغَنِي  Mahmud duduk seperti duduk orang kaya

Masdar yang mengandung ma’na hai’ah haruslah dengan qarinah, baik dengan sifat atau diidhafahkan. Seperti pada contoh di atas, maka kata “اْلمَحَب  “  dan “  الْغَنِي  “ adalah qarinahnya.

Isim hai’ah terjadi dari fi’il madhi tsulasy dan ghair tsulasy:

  • Isim hai’ah yang terbentuk dari fi’il madhi ma’lum berwazankan “  فـِعْلـَةٌ “ (dengan mengkasrahkan awalnya dan menambahkan ta’ diakhirnya). Seperti fi’il “  جَلَـَسَ  “ isim hai’ahnya menjadi “  جِلـْسَة “.
  • Isim hai’ah dari ghair tsulasi yang dibentuk  dari fi’il madhi ma’lum berwazankan masdar fi’ilnya, dan diakhiri dengan ta’. Seperti fi’il “  اِنـْطـَلـَق  “ maka isim hai’ahnya adalah “ اِنـْطِلَاقَـَة “.

Baca Juga : Pengertian Rawi

Apabila masdar asli berakhir dengan huruf ta’ pada asalnya, baik tsulasy maupun ghair tsulasy, maka ia sebagaimana adanya dengan diiringi oleh sifat atau diidhafahkan. Seperti fi’il “  سَاهَمَ  “ masdar aslinya adalah “  مُسَاهَمَة “. Maka ia akan menjadi masdar hai’ah ketika diiringkan dengan sifat, seperti “ مُسَاهَمَة طَـَيِّبَة “  atau diidhafahkan, seperti “   مُسَاهـَمَة الأشْرَافِ “.  Hal tersebut adalah untuk membedakannya dengan masdar asli.

  1. Masdar Mimi

 yaitu masdar yang dibentuk dari fi’il, yang dimulai dengan mim zaidah dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Apabila fi’ilnya tsulasy dari fi’il bina mitsal yang dihazafkan fa’ fi’ilnya pada fi’il mudhari’, seperti pada kata “وَعَدَ – يَعِدُ  “ dan   “  وَقـَعَ – يـَقـَعُ  “, maka masdar mimynya dengan wazan  “   مَفـْعـِلٌ   “ . Dengan demikian, masdar mimy dari ““  وعد – يعد  “ dan   “  وقع – يقع   “ adalah “  مَوْعِدٌ  dan  مَوْقـِعٌ   “ .

Selain ketentuan di atas, maka masdar mimy dari fi’il tsulasy adalah atas wazan “ مَفـْعَلٌ  “, Seperti pada fi’il “  ضرب  “ dan “ نصر  “ maka masdar mimynya adalah “  مَضْـْرَب  dan  مَنـْصَر “ . Namun, terkadang masdar mimy tersebut ditambah ta’ marbuthah di akhirnya, seperti “  مَحَبَّة ، مَعْلـَمَة ، مَنـْفـَرَة    “.

  1. Masdar sina’i

Yaitu masdar yang diakhirnya ditambah dua hal; pertama, ya al-musyaddadah; kedua, setelahnya ditambah ta’ marbuthah. Gunanya adalah untuk merubahnya dari makna aslinya menjadi sifat. Contoh:

Baca Juga : Pengertian Sanad

Kata إِنْسَانٌ  artinya manusia, menjadi إِنْسَانِيَة  artinya menjadi kemanusiaan.

Kata وَطَنٌ  artinya Negara, menjadi وَطَنِيَةٌ  artinya menjadi kenegaraan.

Masdar shina’i bisa dibentuk dari :

  1. isim jamid

Contoh:  kata “ حجر  “ menjadi “   حجرية  “ dan “  ثلج   “ menjadi “  ثلجية   “

  1. masdar seperti kata “  همج  “ menjadi “ همجية  “ dan “  وحش “  menjadi “  وحشية  “isim musytaq seperti kata “   عالم  “ menjadi “  عالمية  “  dan “  منصور  “ menjadi “  منصورية  “.

FUNGSI MASDAR

Masdar berperan seperti peranan fi’ilnya yang mempunyai makna lazim dan muta’adi. Makna lazim adalah kalimat Fi’il yang sampai kepada Maf’ul (objek) dengan perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah. Sedangkan muta’adi adalah kalimat fi’il yang sampai kepada Maf’ul (objek) tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.


HURUF-HURUF MASDARIYAH

Huruf masdariyah ada lima :

  • ان
  •  ما
  •  كي
  •  لو
  •  يأ

 JENIS-JENIS PERANAN MASDAR

Masdar ini memiliki kata tambahan yang di samarkan pada fi’ilnya  seperti  ان, ما , dan berperan pada tiga macam masdar yaitu :

  •  Masdar mudhaf

Masdar ini mempunyai fungsi yang lebih banyak dari peranan biasanya , dan masdar ini dapat di idshafatkan pada fai’ilnya atau maf’ulnya

Contoh :

Baca Juga : Pengertian Matan

Masdar idhofat pada fa’ilnyaمصاحبة المرء العقلاء الزم و مجانبة المرء السفهاء

Masdar idhofat pada maf’ulnya بني الاسلام على خمس شهدة ان لا اله الا الله و ان محمدا رسول الله و اقام الصلاة و ايتاء الزكاة و صوم رمضان وحخ البيت من الاستطاع اليه سبيل

  •  Masdar Manwun

Maasdar yang beperan seperti fi’ilnya , dan ulama nahwu mengatakan  bahwa mereka memakai peranan masdar ini, dan itu juga masdar ini lebih dekat menyerupai dengan fi’il dari masdar mudhaf, dan masdar yang disertai dengan alif lam.

Contoh : قوله تعالى: او اتعم في يوم ذى مسغبة. يتيما ذى مقربة.

بضرب ب السيوف رأوس قوم # أذلنا هامهن عن المقيل

  •  Masdar yang disertai dengan alif lam

Maasdar ini berfungsi seperti layaknya masdar yang lainnya, akan tetapi  sedikit digunakan karena adanya alif lam dari kalimat isim, maka masdar ini jauh dari bentuk fi’ilnya.

Contoh : ضعيف النكاية أعداءه           يخال الفرار يراخي الاجل