Puisi Anak Anak
Daftar Isi Artikel
Puisi anak masih juga termasuk didalam rangkaian Sastra anak. Dalam mempelajari puisi anak kita terlebih dahulu memahami cerita anak karena didalam terdapat beberapa kesamaan. Sehingga mepermudah kiuta untuk mempelajarinya.
KOPNSEP PUISI ANAK
A.PENGERTIAN PUISI ANAK
Secara garis besar, puisi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu puisi untuk orang dewasa dan puisi untuk anak anak. Sebelum mempelajari puisi anak mari kit abaca contoh dari beberapa puisi anak
-
Pembakaran
Oleh: Ramadhan KH, Priangan Si Jelita
Siapa cinta anak,
Jangan jual
Tanah sejengkal.
Siapa cinta tanah air,
Jangan lupakan
Bunda meninggal.
Siapa ingat hari esok,
Mesti sekarang
Mulai menerjang.
-
Doa
Oleh: Zul Irwan, dalam:Sumardi, dkk:90
Tuhan
Berikan aku mimpi malam ini
Tentang matematika
Yang diujikan esok pagi
Setelah kita membaca puisi diatas, beru kita bisa tau seperti apa puisi anak itu. Dalam puisi anak bahasa yang kita gunakan haruslah yang dapat dimengarti dan dipahami oloeh anak yang membacanya
Menurut Norton (1983: 321) dan Huck (1989: 394) untuk mendefinisikan sebuah puisi tidak semudah cara kita mengemukakannya begitu aja . Oleh karena itu sangatlah sulit mendefinisasikan puisi secara tepat. Kesulitan ini disebabkan bentuknya yang “unik”. Keunikan ini yang menjadikan puisi mudah dikenali terutama bila disejajarkan dengan jenis sastra yang lain, seperti prosa dan drama.
Menurut Georgia dalam Calmus (1989: 297), keunikan ini pula yang memudahkan puisi dikenali karakteristiknya melalui (a) bahasa dalam puisi lebih padat, (b) setiap kata dalam puisi sangat penting, (c) menggunakan bahasa yang figurative melalui gaya bahasa simile, metafora dan imajinatif,(d) bersifat ritmik,dan (e) unit imajinasinya berupa bait dan larik.
Bahkan Rumini (1997: 6.19) menyatakan bahwa puisi yang bagus adalah hasil penyulingan pengalaman yang tertangkap pikiran dan perasaan dari suatu objek dan intenfikasi surupa itu memerlukan pola struktur kata yang lebih yinggi dari prosa.
Dari sisi puisi anak, Robert Fros (dalam Huch:1989: 393) mengemukakan bahwa puisi harus menyenangkan anak-anak dan membantu mereka (anak-anak) dalam mengembangkan pengetahuan baru dan cara baru untuk memahami dunianya. Dunia yang dimasuki anak melalui membaca puisi anak itu menurut Riris Sarumpaet (1979: 2932) harus memberi tiga kriteria, yaitu (a) memenuhi unsur pandangan, (b) disajikan dengan gaya secara langsung, (c) fungsi terapan. Artinya bahwa sebuah puisi anak tidak boleh memuat hal-hal yang dianggap tabu oleh budaya dan sara yang berlaku dilingkungan sekiter hidup anak.
Lebih terperinci lagi Norton (323-324) mengemukakan kriteria, yaitu:
- puisi anak adalah puisi yang berisi kegembiraan dan rima;
- mengutamakan bunyi bahasa dan membangkitkan semangat bermain bahasa;
- harus berupaya memperbaiki ketajaman imajinasi visual dan kesegaran kata yang dipergunakan, mengembangkan imajinasi, dan meliat serta mendengar kata-kata dalam cara baru;
- menyajikan cerita sederhana dan memperkenalkan tindakn yang dilakukan ;
- bukan ditulis berdasrkan dugaan yang rendah terhadap anak;
- berbentuk informasi sederhana yang membuat anak dapat menafsir dan menangkap sesuatu dari puisi itu;
- tema puisi harus yang menyenagkan anak-anak, menyatakan sesuatu kapeda anak, menggelitik egonya, mengingatkan kebahagiaan, menyentuh kejenakaan dan membangkitkan semanagt menggali;
- harus cukup baik untuk dibaca ulang.
BENTUK PUISI ANAK
-
Pantun
Melalui pembelajaran sebelumnya kita telah mengenal berbagai ragam puisi baik dari sisi zamannya, yaitu lama atau baru (modern). Kita juga dapat meliat dari sisi bentuknya, yaitu terkait dan bebas, dan dari sisi isinya. Berbeda halnya antara puisi dewasa dan puisi anak. Pada puisi anak tidak begitu banyak ragamnya. Puisi anak tidak sepesat perkembangan puisi orang dewsa. Dari semua bentuk atau jenis puisi itu pantun lebih banyak dikenal karena beberapa alasan diantaranya
(a) pantun adalah puisi tertua yang ada di Indonesia sehingga melalui orang-orang tua di sekitar kehidupan anak masih dapat diperkenalkan kepada anak; (b) pantun juga masih dikenal dan digunakan di lingkungan kehidupan anak, seperti di banyak daerah di Indonesia yang masih mempergunakan pantun sebai bagian dari pelaksanaan upacara adapt; (c) dalam beberapa permainan anak digunakan pantun yang dijadikan permainan antar teman dalam sanda gurau, terutama di desa-desa yang bias any dinyanyikan; (d) kerena bentuknya yang sederhana, pantun sering dijadikan media anak-anak untuk menyapaikan ekspresi persaan anak kala senang, gembira, sedih dan terharu; (e) hamper semua buku teks bahasa Indonesia memuat contoh puisi berbentuk pantun, terutama pengenalan puisi dikelas rendah
-
Syair
Syair adalah bentuk puisi lama yang terikat oleh jumlah bait dan baris. Setiap bait terdiri atas empat baris. Syair bersajak aaaa, artinya sitiap satu bait yang terdiri atas empat baris tiap barisnya berbunyi akhir sama. Syair banyak juga terdapat di dalam buku prlajarn yang bertema puisi anak. Hal ini dapat di lihat pada banyaknya bektuk lagu anak-anak yang terbuat dari syair
-
Gabungan dari Pantun dan Syair
Puisi anak yang merupakan perpaduan dari pantun dan syair banyak juga dalam puisi anak terutama didalam lagu-lagu anak. Paduan ini bisa dalam bentuk maupun isi.
-
Puisi Anak Biasa atau Puisi Bebas
Puisi bebas adalah puisi yang tidak mengikuti pola tertentu, seperti jumlah bait, jumlah baris, ada tidaknya sampiran. Puisi jenis ini bersifat pelukisan terhadap ekspresi anak tentang apa yang dilihat, dirasakan, didengar, dan yang ingin disampaikan anak melalui media bahasa yang diketahuinya
Unsur Pembangunan Struktur Puisi
Seperti yang telah ketahui bahwa puisi itu memiliki unsure-unsur pembangunan yang satu dengan lainnya saling monompang dan tidak bisa dipisahkan. Contohnya, seperti sebuah bangunan rumah. Kita tentu ingat bahwa bangunan rumh terdiri atas tiga komponen utama, yaitu fondasi, dadan rumah atau inti rumah, dan atap rumah. Ketiga bagian itu tidak dapat dipisah satu sama lain. Tidak akan disebut rumah jika tidak ada atapnya, demikian pula jika tidak ada badan rumahnya, atau tidak ada bagian dasar rumahnya yang disebut fondasi.
Sebuah puisi dibangun oleh dua unsur pembangunan dari sisi dalam puisi yang dinamakan intrinsik, dan dari sisi luar puisi yang dinamakan unsur eksstrinsik. Antara unsure ekstrinsik dan intrisik saling bergayut, tidak dapat dilihat secara terpisah-pisah. Keduanya ibarat mata uang yang jika hanya bergambar salah satu bagian saja tidak laku digunakan segai alat bayar. Perlu kita mengerti bahwa jika pad sajian ini memisahkan puisi berdasarkan unsur-unsurnya, itu hanyalah sebuah cara untuk kita mengerti
UNSUR INTRINSIK PUISI
Unsur intrinsik adalah unsure yang secara langsung membangun puisi dari dalam, atau dari wujud puisi itu sendiri. Diantara unsur pembangun dari dalam itu ialah tema, amanat, persaan atau nada dan suasana puisi, tipografi, enjabemen, akulirik, rima, citraan atau pengimajian, gaya bahasa.
-
Tema
Seperti prosa dan drama, puisi pun memiliki tema yang berisi persoalan yang mendasari suatu karya sastra. Tema munculnya pada awal, sebelum penyair menulis puisinya.tema merupakan dorongan yang kuat yang menyebabkan penyair mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui puisi. Tema bersifat khusus pada stiap penyair. Artinya antar pnyair satu dengan penyair lain tidak akan sama
-
Amanat
Pada beberapa karya sastra, unsur amanat dan unsur tema sering disatukan. Penyatuan ini disebabkan tipisnya perbedaan keduanya sehingga keduanya sulit dipisahkan ataupun dipertetangkan. Namun, untuk keperluan penyaji menganggap kita memerlukan penjelasan tentena unsur amanat tersebut
Amanat dalam [uisi juga sering disatukan dengan sikap karena amanat diperoleh pembaca setelah pembaca atu penikmat menyelesaikan bacaan puisinya. Oleh karena dilihat dari sisi pembaca maka manat akan mempengaruhi sikap, cara pandang, dan wawasan pembacanya. Meskipun demikian amanat harus tetap sesuai dangan tema puisi yang diciptakan penyair. Jadi amanat puisi adalah pesan atau nasihat yang ada dalam puisi yang didapat oleh pembaca melalui puisi yang dibacanya. Oleh karena itu, amanat hanya dapat dirumuskan oleh penbaca atau penikmat sehingga bisa terjadi beda pendapat antar penikmat sutu dengan lainnya.
-
Sikap, Suasana atau Nada, dan Persaan dalam Puisi
Sebuah puisi tidak dapat dinikmati jika tidak membaca keseluruhan. Pembacaan puisi dapat dilakukan tanpa suara, hanya sekedar dinikmati pembacanya saja atau dibaca dengan suara keras, bisa juga dideklamasikan. Dengan mendeklamasikan atau membaca dengan keras, kita akan mersakan persaan yang diungkapkan oleh penyairnya. Suasana kejiwaan akan terungkap melalui ungkapan nada pada puisi yang diciptakan.
Nada perasan dalam puisi merupakan ekspresi penyair dalam menyampaikan apa yang dirasakan dalam hati. Jadi, unsur sikap dan suasana, atau nada, atau persaan dalam puisi adalah ekspresi perasan yang disampaikan dalam bentuk nada-nada yang menimbulkan keindahan. Seperti apa nada yang menimbulkan keindahan ini mungkin terlalau singkat jika dijelaskan secara rinci di sini karena terbatasny kesempatan.
-
Tipografi
Tipogarfi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa susunan baris ke bawah. Ada juga penulis yang menyebut istilah tipografi dengan sebutan tata wajah puisi. Baik tipografi maupun tata wajah memiliki pengertian yang sama, yaitu salah satu unsur puisi yang menjadikan ouisi lebih indah karena tata wajahnya dibuat seperti lukisan tertentu. Tipografi ini bnyak terdapat pada puisi mdern yang sering disebut dengan istilah puisi mbling,puisi kontemporer atau ada juga yang menyebutnya dengan puisi konkret.
-
Enjabemen
Enjabemen adalah pemindahan bagian kalimat pad larik berikutnya sihingga menimbulkan nuansa makna. Funsi enjabemen mempererat hubungan antarlarik sehingga makna antar larik itu menjadi utuh. Perhatikan hubungan antarlarik yang menjadikan keutuhan makna antar larik pada puisi
-
Akulirik
Akulirik adalah tokoh yang berbicara dalam puisi. Tokoh ini bisa pengarangnya, bisa pula bukan, dalam arti pengarang mewakilkan tokoh puisi yang dikarangnya kepada tokoh tertentu,atau tokoh lain. Cirri akulirik terdapat pada kata ganti: aku, kamu, dan kita.
-
Rima atau Persaman Bunyi
Rima adalah persamaan bunyi yang terulang secara teratur pad kat yang letaknya berdekatan didalam satularik atau antarlarik. Pengulangan bunyi akan menciptakan konsentrasi kekuatan bahasa atau menciptakan daya gaib pada kata yang diulang. Pada puisi-puisi lama penglangan kata ini sangat penting dan dominant. Seperti pada pantun, syair, dan bentuk puisi lainnya yang berumus persajakan tertentu.
Untuk puisi modern pengulangan tidak lagi dianggap sepenting pada puisi lama. Meskipun ada yang mencoba memunculkan cara kekuatan magis melalui perulangan puisi sekarang. Meskipun bukan keharusan yang baku, tetapi unsur rima salah satu unsur yang turut membangun puisi
-
Citraan atau Pengimajian
Citraan atau pengimajian adalah susun kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Mengingat puisi bukanlah hanya untuk sekedar dibaca maka penyair menggunakan citraan ini sebagai cara untuk memperjelas agar penikmat memahami puisi ciptaanny melalui citraan yang disajikan dalam beberapa bentuk citraan:
- penglihatan (visual imagery)
- pendengaran (auditory imagery)
- penciuman (smell imagery)
- perasaan (tactile imagery)
-
Gaya Bahasa, Irama, Ritme
Gaya bahasa atau irama atau ritme adalah cara khas yang dipakai penyair untuk menimbulkan efek estetis pada karya puisi yang dihasilkan. Cara ini dilakukan dengan memanfatkan kekayaan bahasa yang dimiliki oleh bahasa yang digunakan penyair melalui pengulangan bunyi, pengulangan kata, dan kalimt. Pengulangan bunyi contohnya seperti pada penjelasan tentang poin (g) rima. Pengulangan kata meliputi repetisi dan diksi, serta dalam bentuk pengulangan kalimat meliputi gaya implisit dan retorika. Ada juga yamg membagi gaya bahasa yang khas ini menjadi makna kias, lambing, dan persamaan bunyi atau rima.
Puisi Guruku
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima kasih guruku tercinta
Pena Hitam
Ayam mencuat kokok di kala pagi
Sang mentari bangun meyejukkan hati
Membawa daku ingin mandi
Hasrat pun tak terbendung
Membawa maksud untuk mengepung
Berbagai ilmu yang menggunung
Ke sekolah daku berangkat
Tak lupa tas aku angkat
Pena hitam pun ikut mangkat
Dan kugoreskan dengan singkat
Daku ingin dapat cepat
Tidak mau dengan lambat
Pena hitam mengubah nasib
dengan makrifat.
Sepak bola
Begitu senang aku bermain
hingga waktu sampai aku lupakan
Berlari, menyerang, menyerbu lawan
membawa bola lari masuk ke gawang
Oh, sepak bola siapa gerangan engkau mencipta
Keberadaanmu membawa angin segar dunia
Semangat didalammu membawakan kobaran gelora
Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada
dunia sepi!, sunyi !, suram !
bak kota mati yang ditinggal pergi
Sajak Untuk Tidur
Hai kawan waktu sudah beranjak malam
Ayo kita tidur, mata sudah mulai sayu
Sang mata sudah berbisik berkata
pejamkan aku, aku mau tidur teman !
Bersiaplah untuk berlomba esok hari
Pak guru sudah menanti
Ilmu baru pun akan di dapati
Selamat tidur kawan, pejam, pejamlah sang mata.
Besok kita akan bertempur
Sepertiga Akhir Malam
Kubuka pintu depan rumah
Kusaksikan langit begitu berkilauan
Dihiasi gugusan bintang
Hati pun nampak senang
Sungguh udara dan pikiran begitu lengang
Di sepertiga akhir malam
Kulawan dan kukalahkan udara dingin
Air wudlu pun menembus membasahi kulitku
Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu
Jadikanlah bangsa ini,
Bangsa yang aman ,tenteram
dan sejahtera
Bangsa yang menghidupkan
akhir sepertiga malam itu
Taman Surga
Saat tatapan mata memandang lepas
Wujud ciptaanNya di dunia
Berdegup hati ini berkata,
Sungguh mempesona tak ada duanya
Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan
Membuat sama sedemikian rupa
Hati semakin berdegup seraya menangis
teringat dan terngiang, seperti apa
taman surga berada
Meratap dan menangis kembali hati ini
Mengingat janji Tuhan
Hanyalah mereka manusia pilihan
Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka
Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga
kekal selamanya
Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku
Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini
Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya
Mentari
Hai mentari pagi
Hari ini kau datang tampak cerah sekali
Engkau datang tiap hari
Untuk sumber energi pribumi
Semua orang berlari pagi
Untuk menyehatkan diri
Tanpa kau, hai mentari
Di seluruh bumi ini
Akan mati tiada lagi
Pengemis-Pengemis Kecil
Ditengah persimpangan warna warni
Di banyak kerumunan besi berasap
Tersaksikan tangan tangan kecil menengadah
Meminta belas kasihan pada sang raja jalanan
Bertalu talu berada di bawah mentari
Menahan hausnya rintihan hati
Mengharap ada yang memberi
Tak pernah lusuh walau dilakukan setiap hari
Sungguh, membenakan hati dirimu itu terlukiskan
Namun siapa gerangan bisa berbuat
Tuk’membalikkan telapak tangan
tentang keberadaanmu itu berada
Indah Nian Desaku
Kulihat sawah membentang
Warna hijau bagai permata alam
Ku coba telusuri jalan
Akankah tetap begitu ?
Kuingin tetap begini
Terlihat apa adanya
Kuingin tetap begitu
Terlihat kenyataannya
Mentari mulai tenggelam
Dan…akupun tetap disini
Menikmati alam yang ada
Anugrah dari yang kuasa
Oh…..alam desaku
……aman dan damai
Oh…..alam desaku
……lestarikanlah
Berteman Dengan Gempa
Seribu jalan di bumiku itu telah merekah
Laut pun juga ikut tumpah
Manusia Indonesia menggeliat
Menggeliat ke angkasa dan ke dalam bumi
Rumahpun ambil bagian tuk beterbangan
Bagaikan burung yang mengangkasa
di udara lepas
Nuansa jauhari bumi Indonesia pun
menghilang ditelan kejamnya keuatan alam
Apa yang akan kau tangisi ?
Bila memang begitu adanya
Apakah bubur itu
bisa kau jadikan nasi ?
Tidak !, Sang Khalik memang sudah
menakdirkan semua harus terjadi
agar kita bertaulan, dan tidak berseteru
dengan Sang Gempa.
Berguru Pada Semut
Hitam, merah berjalan merayap
Menyelinap mencari celah
Mencari makan.
Hitam dan merah tak pernah gerah
Menjunjung makanan bersama sama
Membawa masuk ke istana raja.
Berpesta bersama dalam semangat
yang tetap mempesona.
Istana Langit
Memandang ke angkasa lepas
biru,putih bahkan abu-abu
warnamu menampakkan
Tak terbayang jika manusia
berpijak di atasnya
Apa yang akan dirasa,
senang, gembira pasti bahagia disana.
Memang manusia tak berhak tinggal
Apalagi tidur di istana langit
Hanya Tuhan sang pencipta alam
Yang menguasai jagad raya,
Yang bersemayam didalamnya
Untuk mengatur kehidupan ini
sampai kiamat nanti tiba
Andaikan Boleh Meminta
Teringat pesan ibu di hari minggu
saat bus aku tunggu
Dik, jika ayah pulang
kamu ingin apa ?
Aku tidak menjawab, diam
Dik, kamu mau apa ?
Aku masih diam, tak menjawab
Dan ibu pun bosan bertanya
Saat duduk di atas bus tua yang pengap
Aku tetap tak menjawab
Aku hanya bicara pada ibu aku ingin
belaian kasih sayang ayah dan ibu
sampai matahari terbit dari barat
Dialah Batu
Besar, kecil,hitam dan putih
engkau menampakkan
Orang akan memukulmu bila kau
membangkang
Dan kau dilempar ,bila orang itu kesal
Sungguh malang keberadaanmu
Hanya tukang batu yang mengerti kamu.
Sinar Mentari Pukul Sepuluh Pagi
Pukul sepuluh pagi aku berdiri
berjalan dan lalu berlari,
di bawah sinar mentari.
Panasnya menusuk kulitku,
dan menyilaukan mataku,
namun tenang menembus hatiku.
Ingin ku utarakan semua
biar dunia tahu,
aku bangga sebagai makhlukNya!
Terima kasih,Tuhan
Kau masih biarkan aku terbangun hari ini
Kau masih ijinkan hidungku bernafas hari ini
Kau masih memberikanku hidup hari ini
Sehingga aku masih dapat menikmati
karuniaMu yang terindah
dalam permata yang terus bersinar
Aku ingin sehat
Badan kurus kering kerontang
tak nafsu makan
Bagaikan bunga-bunga kering
yang beterbangan
Pagi hari yang indah
Harus bangun tanpa gundah
Tinggalkan kelana
Memutar badan berolahraga
Minum dan makan membahana
Menggapai tubuh sehat maha sempurna
Puzzle Ajaib
Di tempat teduh nan rindang
bersama teman ku belajar
Bila ku bosan dan lelah
Puzzle ajaib ku mainkan
Memutar otak ke kiri dan ke kanan
Meski pusing namun asyik
dan pintar ku dapatkan
Puzzle ajaib teman baik ku
Selalu setia menemaniku
Dalam langkah langkah kecilku
Menggapai impian yang masih
saja termangukan
Mendera Sakit
Dua bersaudara laki –laki semua
Meratap kepedihan di tengah perjalanan usia
Tak menahu kenapa tidak terjadi pada semua
Menahan keluh setiap saat
Karena hidup bersemayam menyatu
dengan mala yang tak kunjung sirna
Dia mengerti bahkan memahami
Tuhan adalah adil dan tak akan
menyirnakan harapan di batas sisa umurnya
yang terus berjalan
Keinginan satu yang terus merayap di tubuhnya
Dia tak ingin terlalu lama
berseteru dengan mala itu
Bahkan tetap meminta
mohon syafaatNya
tuk menjulangkan citanya
di atas sisa umur yang terberi
Irama Nusantara
Meliuk, membentang, dan menggejola
Perihalmu menampilkan
Pabila satu, pabila dua, pabila tiga
Itu pastilah berbeda
Sedikit orang yang memperlihatkan
Apalagi mengerti perihalmu beda itu
Tak sedikit darah yang ditumpahkan
ataupun harta dikobarkan
Tuk menebus gejolak iramamu itu
Memang hanya satu yang dapat
meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan
Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu
Lurus Tajam
Berkelok-kelok itu
pasti ada yang ke kiri dan ke kanan
Namun bila lurus
takkan pernah menemuimu
baik kiri maupun kanan
itulah hendaknya ditempuh
Singkat, cepat, dan ringan,
Lakukanlah bila ingin menemui-Nya
Puisi Dari Bunda
Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
Tapi semakin lama kuamati
Seyuman bunda adalah puisi
Tatapan bunda adalah puisi
Teguran bunda adalah puisi
Belaian dan doanya adalah puisi cinta
Yang disampaikan padaku
Tak putus putus
Tak putus putus
Bahkan bila kutidur
Tuhanku Aku Mengadu
Aku kecil di kala dulu berada
Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan
Di saat waktu terus berputar
Di kala usia bertambah angka
Tuhan bolehkah aku bicara padamu ?
Sekarang aku sudah besar
Detik demi detik kulewati bersamaMu
Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu
Tuhan aku punya hasrat
HambaMu punya timbunan cita –cita
Wujudkanlah di kala aku besar nanti
Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya
penentu segala takdir ini
Mu’jizat Di Atas Doa
Segudang harapan manusia
tersimpan dalam kata – kata
Terpanjatkan bersama untaian suara
yang berisi harapan tuk kehidupan
Untukmu para siswa Indonesia,
untaian harapanmu tersimpan dalam doa.
Terus dan teruslah berdoa
mendekatlah kepada sang pencipta
Kuasa ada bersamaNya
Tak perlu kau resah
pabila harapan tidak terwujudkan
Janganlah berputus asa dan tetap berdoa
karena doa adalah mu’jizatNya
Alamku Surgaku
Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga
Fenomena alam Indonesia begitu menawan
Orang Arab sering berkata
oh Indonesia, ini adalah surga dunia,
tempat tak ada dua di dunia
Namun mengapa alam surgaku mulai hilang
mulai terkikis oleh hingar – bingarnya dunia
dan juga kejamnya nafsu manusia
Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku
dan sadarkanlah kami untuk membelainya dengan penuh kasih sayang
Alam
Mengapa engkau tak tersenyum cerah
Manusia, hewan, tumbuhan
menantimu setiap nafas
Alam, janganlah marah
janganlah engkau bosan
Engkau tempat berpijak semua makhluk.
Alam janganlah kau enggan bersahabat
dengan semua makhluk
terutama manusia di dunia
Kalau memang manusia berbuat dosa
tunjukkanlah yang terbaik ya Allah.
Mohon ampun segala dosa….
Bencana gempa di mana-mana
Membuat manusia harus ingat kepadaMu
Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Kekeringan
Di daerahku mengalami kekeringan
Pepohonan mulai layu dan daun berguguran
Debu-debu beterbangan
Orang orang pun kebingungan
Pohon besar di hutan sudah jarang
Air hujan pun menghilang
Terjadilah kemarau panjang
Di sana sini mencari air
Kami bersyukur punya sumur masih air
Orang-orang datang untuk meminta air
Kuberi dengan ikhlas lahir batin
Itu anugrah dari Sang Maha Adil.
Rumah Impian
Rumahku……
Sawah hijau terbentang luas
Gunung-gunung menjulang tinggi
Yang selalu menemaniku di kala pagi
Rumahku …..
Sungai nan jernih sungguh mempesona
Padang rumput penuh canda ria
bocah-bocah gembala
yang selalu membuatku terpesona
Namun…..
Kemanakah rumahku itu ?
Hilang dalam waktu sekejab
Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap
Oh…. Apa ini hanya impian ?
Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona
Cahaya Dunia
Di tengah kegelapan yang gulita
Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan
Di tengah orang tak tahu arah tujuan
Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap
menenggelamkan.
Datanglah dewa penolong tepat saatnya
Gemerlap sinar membahana ke seluruh dunia
Kegelapan dunia sirnalah, berganti remang-remang
dan kini jadilah terang benderang
Kini semua orang jadi tahu
mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi
Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi
yang telah menciptakan langit dan bumi
Terima kasih para kyai yang telah mengajarkan kitab suci
Terima kasih para bapak ibu yang sabar mendidik kami
Terima ksih orang tuaku yang kujadikan teladan sejati
Kaulah penerang duniaku yang abadi
Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
Bintang Masa Depan
Di tengah keheningan malam
Suasana begitu kelam dan mencekam
Terpancar pesona menawan
Seindah taman surga
Di malam itu kau tidak tidur
Kau hidup penuhi pesona langit
Terangi hamparan bumi
Keindahan dan kekuatanmu
Begitu sempurna menawan hati
Mencerahkan duka setiap insan
Andaikan aku bermimpi di kala itu,
perbolehkan aku bermimpi
untuk menjadi sepertimu
wahai sang bintang
Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah
Menangis pedih hati ini teringat
Merintih perih jiwa ini terngiang
Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan
Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam
Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?
Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ?
Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?
Sungguh kejam kau perbuat waktu itu
Manusia kau perlakukan seperti binatang
Kau pekerjakan paksa orang – orang tak berdosa
Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh
Dan kau diam saja lagi senang
Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini
Candi Borobudur
Hamparan susunan batu tertata apik
Pahatan dan ukiran terbaik dari orang orang terpilih.
Tak berbelok mata ini menatapnya
Reliefmu begitu melegenda
Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu
Kau torehkan tanpa pamrih usahamu
Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia
Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu itu
ada di depanku
Terbesik dalam hati menyentuh stupa-stupamu.
Sungguh warisan usahamu begitu membekas
Semangat gotong royongmu bak kehidupan kerajaan semut
Dan saatnyalah kini kau berikan contoh
Kau berikan tauladan
Agar kami bangkit membangun negeri ini
Ayo Membaca
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai anak yang malang
Kenapa engkau diam saja ?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Sungguh banyak harapan terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh dunia telah berkata,
Kau ingin tahu isiku ?
Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak yang malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiwa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu
Surat Tuk Bapak Presiden
Hari ini Indonesia merintih
Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan
Begitu banyak rakyat menderita
Sungguh berat beban hidup ini
Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ?
Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah
Kenapa sembako dan BBM merangkak naik
Sungguh pilu hati ini melihatnya
Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan,
Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik
Berilah kemudahan bagi siswa – siswi Indonesia
Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat miskin
Bapak presiden kami kan bersatu,
tapi kuasa ada di tanganmu
Sinar pelangi
Kulewati jalan setapak menyusuri pantai
di kala pagi buta meninggalkan bumi
Kala itu gerimis kecil pun datang
Datang menemani sang mentari bangun
Aku lihat di seberang ufuk timur
Bersama dinginnya tetesan embun
Sinar pelangi melingkar merangkul menyinari bumi
Betapa elok nan indah Tuhan kau ciptakan
Tak ada dua bentuk yang menyamainya
Sinarnya menorehkan hiasan langit di kala pagi
Mengajak manusia menatap indah dunia
Menggapai hasrat mencapai mimpi
Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
Kota Pendidikan
Di tempat ini kami lahir
Di tanah ini kami besar
Sejarah bicara dan kami menyaksikan
Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan
Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa
Kota budaya, kota etika, kota pendidikan
tersandangkan di tanahmu
Bendera kalimat itu sulit
memang dipertahankan
Kini tersaksikan hanya segelintir saja
yang berkibar di udara
Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ?
Manusia Jogja ada dimana ?
Lagu Hati Anak Difabel
Tak tahu entah apa dirasa
isi jiwaku tidaklah sesempurnamu
Kau punyai kebahagiaan lengkap
seindah kemolekan bunga
Ku tahu itu pasti mempesona
bagi siapa saja yang mampu
merasa dan mendayanya
Entah mengapa diri ini
merintih dan mengiba pada keadaan
Keadaan dimana aku tak sesempurnamu
Aku hanyalah sisa kesedihan
di mata orang lain
Banyak orang tak merasuk ke jiwaku
Dalam asa kepedihan ini
Itu karena hanya aku yang mampu mendayanya
Andaikan begitu adanya
irama hati ini akan tetap bersujud syukur kepadaNya
Dan tetap bangkit melawan rintihan jiwa yang menggejola
Sepeda Tua
Di kala pagi telah mencuri malam
Sepeda penuh karat berkata
adakah dikau mau mengayuhku ?
Aku butuh semangatmu
Rodaku telah menantimu
tuk mengantarkan nalurimu
kemanapun engkau ingin
Jika jiwa itu telah pudar
Bila hatimu itu sudah tidak merasa
Apa diri akan kau temui nanti ?
Tersaksikan oleh bisinngnya dunia
Manusia telah enggan merengkuh rodaku
Dan aku kini telah terasingkan
Tergantikan dengan teman barumu yang bernama mesin
Seperti Bintang
Kutatap langit nan berkilau di kala malam
Kusaksikan gugusan bintang begitu bercahaya
Cahayanya begitu indah
Sinarnya sungguh menggugah
Oh, Bintang daku ingin seperti dikau
Menjadi pelita terang di kala gelap
Membuat penyejuk hati untuk setiap insan
Oh, Tuhan sungguh kuasaMu begitu sempurna
Engkau ciptakan hiasan maha sempurna
Sebagai pelengkap dunia di kala kelam
Sebagai permata berlian bagi setiap mata yang memandang
Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti bintang
Air Hujan
Engkau turun secara perlahan – lahan
Butiranmu bisa kecil dan juga besar
Suaramu begitu nyaring merasuk telinga
Kadangkala engkau adalah teman manusia
Teman di kala duka,teman di kala suka
Permatamu bisa menyegarkan tanaman
Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia
Di saat manusia rakus terhadap hutan
Hutan dijadikan gundul,
bak Pak Ogah berkepala botak
Saat itu engkau turun sesukamu
dan tahu rasa manusia saat itu
Terima Kasih Ayah
Kau yang sempat kulupakan
yang sempat terabaikan
Tak pernah ku memikirkanmu
Bukan maksud hati mengutamakan Ibu
Memang Ibu telah mengandungku,
telah menimangku hingga aku besar
Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu.
Tiada engkau aku tidak bersekolah
tak bisa membeli makanan
adik pun tak bisa beli mainan
Oh, Ayah jasamu sungguh besar
sama seperti Ibu yang telah mengasihiku
Satu kata sekali lagi terima kasih ayah
tetaplah semangat bekerja,
ku menyayangimu.
Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet
Alamku Tidak Kaya Lagi
Tidak habis pikir mata ini memandang
Pesona keindahan alam begitu terbentang
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ?
Kenapa engkau semakin tiada
Hutan – hutan banyak yang digunduli
Laut – laut banyak yang tercemar
Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan
Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ?
Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu ?
Kenapa kau di luar batas ?
Perilakumu begitu menghancurkan alam ini
Lihatlah, tataplah dan pandanglah
Alam Indonesia kini sedang bersedih
Kapal Layar
Dunia begitu luas membentang singgasana
Begitu bingung kita berjalan bila tidak tahu arah
Luas bentangan samudra ombak menerpa
Kapal layar merangkak mengikuti arus
Banyak orang berada di dalamnya
Begitu banyak bawaan di angkutnya
Layarmu telah dibentangkan
Anginpun siap menerpa membawamu pergi
Nahkoda pintar telah berada bersamamu
Hanya satu pesan sang ombak
Perbaharuilah kapalmu
karena aku akan terus menerjangmu
Polusi
Sesak, sesak, dan sesak aku bernafas
Bau asap kendaraan begitu menyelimuti dunia
Banyak sungai telah berteman dengan limbah pabrik
Banyak pula orang menerbangkan sampah kesana – kemari
Mau jadi apa dunia ini sekarang
Semua sudah tak ‘da yang mengerti
Semua sudah tak ‘da yang mau peduli
Dunia serasa sudah tak punya arti
Memang manusia, engkau adalah pembunuh terbesar
Engkau adalah perusak terkuat
Semuanya akan rusak, semuanya akan hancur
Hanya karena satu ulahmu
tidak mau berteman dengan alam
Harimauku
Begitu kencang, tegas, dan kuat cengkramanmu
Menelusur luas nuansa hutan belantara
Tak pernah suram ataupun galau dengan rintangan
Kau bagaikan pahlawan di dalam kerajaan
Harimauku, awas di depanmu ada singa !
Harimauku, awas di depanmu ada macan !
Kuatkan barisan kakimu !
Bersiaplah dengan tenagamu !
Harimauku, waspadalah singa itu akan mencuri buruanmu
Harimauku, waspadalah macan itu akan mengejar rusa kesukaanmu
Harimaku jangan pernah gentar melawan petir itu
Sampah
Begitu menggunung aku melihat kau berada
Baumu menyengat begitu terasa
Muntah, dan muntah aku melihatmu
Kenapa kondisimu bisa seperti itu ?
Memang engkau tidak salah
Memang engkaulah yang benar
Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah
Engkau memiliki potensi terpendam
Wujudmu memang sampah dan manusialah yang salah
Kau sering di lempar begitu saja
Tanpa dipikirkan, tanpa dihiraukan
Karena manusia senang bertindak tanpa otak
Terbanglah Merpatiku
Merpati sayapmu menari merajut awan
Merpati sayapmu putih suci menawan
Waktu terus mengalir bagai bengawan
Merpati teruslah menari, teruslah kawan
Mengapa matamu sayu
Pelan kedipmu terhuyung huyung
Samudera hidup masih merayu
Merpati teruslah, teruslah mendayung
Masihlah berwarna sang pelangi
Masih ada merah masih ada jingga
Masihlah kau harum mewangi
Masihlah aku padamu bangga
Hari esok sedang menunggu
Hilangkan gundah, buang gerah
Merpati bentangkan tawamu
Usir gelisah dari jiwamu
Jangan biarkan angin membawamu
Tunjukkan pada semua wibawamu
Kupu-Kupu Pun Mengerti
Ketika kupu-kupu bergerak
Mengikuti harumnya aroma bunga itu
Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa terbang
Menikmati indahnya awan angkasa
Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat
Dengan segala keganasanmu
Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani,
dan kau sangat jijik , kotor lagi menakutkan
Tapi sungguh ajaib Tuhan menciptakan
Kau bekali dirimu dengan metamorfosa
Dan kau tidak makan, menahan haus dan dahaga
Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung
Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna
Berpenampilan molek dan menawan
Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya
Menyesal
Bertahun – tahun sudah dunia bersamaku
Bermacam – macam kealfaan di sandangku
Tak peduli apakah itu putih atau hitam
Semua tak terduga berjalan begitu saja
Aku telah melakukan banyak khilaf
Hanya kepadaMu lah aku kembalikan
Hanya kepadaMu lah semuanya aku pasrahkan
Ampun, ampun, dan ampunilah dosaku
Ku menyesal !
Pohon Jati
Pohon jati kau berwibawa
Tubuhmu besar, daunmu lebat
Kau sangat bermanfaat bagiku
Tetapi nasibmu sungguh malang
Kau ditebang secara liar
oleh orang yang tak peduli
Pohon jati jasamu sungguh besar
Kau mengurangi pemanasan global
Pohon jati jasamu tak kulupakan
Sekiranya Bukan Kalau
Kalau seluruh laut bersatu
alangkah besarnya laut
Kalau seluruh pepohonan bersatu
alangkah besarnya pohon
Kalau pohon yang bersatu tumbang
kedalam laut yang bersatu
alangkah besarnya gelombang
Kalau Indonesia berada didalamnya
Hore!
Untukmu Kartiniku
Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia
Masa penindasan begitu mencekal rakyat
Tak ada kebebasan pada waktu itu
Tak ada kelapangan di zaman itu
Semua hidup dalam tekanan
Wanita – wanita tak boleh bersekolah
Wanita – wanita tak diberi kebebasan
Wanita- wanita dikurung di dalam rumah
Ibarat katak berada dalam tempurung
Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu
Hanya kecemasan yang ada pada saat itu
Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit
Adalah sebuah keberanian melawan arus
Melakukan secara diam – diam
Merombak total pemikiran wanita Indonesia
Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !
Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Menyongsong Pagi
Pulas dan pulas manusia menutup mata
Saat tidur menemaninya
Tak terasa waktu terus berputar
Pagi pun telah menghampiri kembali
Begitu banyak manusia tak tahu
Mengapa hari terus berganti
Pagi berganti siang, siang berganti malam
dan malam berganti pagi
Gundah, resah,senang
semuanya telah menemani manusia
Pagi ini, hari ini, telah dikalahkan oleh siang dan malam
Pagi ini, hari ini, mari tetap berkarya
Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Angin
Desis mendesis suara itu datang
Menggugurkan suasana panas
yang tak kunjung sirna
Di hamparan nuansa hijau
yang telah menguning dan mengering
Domba domba berpayahan
Merasakan panas dan teriknya
nuansa matahari saat itu
Domba domba itu pun tetap tak mengerti
Hanya suara mbek…..mbek….mbek……
yang mencuat dari mulut domba itu
sebagai ucapan terima kasih untuk sang angin
Kelapa Muda
Ketika haus mendahaga.
Memanggil kering kerontangnya tenggorkan
Mata pun tak sabar ikut berbicara
Oh kaki dan tangan bisakah
dikau panjatkan kelapa muda itu ?
Sungguh kenikmatan tertinggi
kan kudapatkan lama setelah
ku sabar menunggu
di penantian jatuhnya kelapa muda itu
Piknik ke Angkasa
Bila burung mengangkasa
Dan mata memandang
Hati pun pasti ikut terngiang
Oh……Tuhan kenapa bisa begitu ?
Kenapa manusia hanya begini ?
Bukan maksud hati untuk membanding
Tapi ……andaikan ku punya sayap
Pasti ku kan terbang lebih ,lebih dan lebih
ke atas sampai ke angkasa luar
Mungkin rumah juga ku bangun di sana
Dan ku tinggal di luar angkasa
menggapai cita yang membahana
Dendang Gembala
Di keteduhan pohon sengon
di kaki bukit terdengar ria
dendang anak gembala
menunggui ternak mereka
yang asyik memagut
segar dan hijau rumput
Bunyi seruling gembala
nyaring gembira
lupalah haus dan lapar
dalam gurau dan kelakar
Dendang gembala
di ambang senja
hewan – hewan di halau pulang
menuju ke kandang
Permainya Desaku
Sawah mulai menguning
mentari menyambut datangnya pagi
ayam berkokok bersahutan
petani bersiap hendak ke sawah.
Padi yang hijau
siap untuk dipanen
petani bersuka ria
beramai – ramai memotong padi
Gemercik air sungai
begitu beningnya
bagaikan zamrud khatulistiwa
itulah alam desaku yang permai
Buat Ibu tercinta
Ibu,
kala aku beranjak dewasa,
kala aku membutuhkan tempat bertanya,
kenapa Ibu pergi?
Ibu,
ibu tahu tidak kalau aku sedih?
ibu tahu tidak kalau aku takut?
tapi kenapa Ibu pergi?
Ibu,
bicara dong, kenapa cuma diam saja?
memang beban ini cuma milikku saja?
Ibu,
kalau memang begitu adanya,
doakan aku supaya kuat,
doakan aku supaya bijak
dan tidak terinjak-injak…
Dari putrimu
yang sangat menyayangi,
merindukan,
dan membutuhkanmu….
Malam gulita
Gelap sekali aduh….. tak tahu arah
Kami berjalan mencari jalan keluar
Lampu memang mati
Jalan pun jadi kacau
Jika begini hancurlah sudah
Sirnalah harapan
Kenapa, kenapa pemadaman terus terjadi ?
Kami tak ingin begitu
Juga tak ingin begini
Melihat kenyataan ini
Sedih hati ini
Tapi….. kami tak mau
Larut dalam gelap gulita malam
Kami tetap ingin
Belajar sekali lagi dan sekali lagi …
Sampai lampu hidup betul
Perjalanan jarum jam
Kupandang kau bergerak
Mengikuti putaran yang menjingkrak
Putaranmu searah dan tak
pernah berbalik arah
Mengapa kau tidak pernah berbalik ?
Ataukah memang tak ingin kembali
Ku lihat sekali lagi kau tetap begitu
Dan tetap begitu saja
Dan ku tahu apapun yang terjadi
Kau memang tetap begitu
Sungguh pendirianmu begitu kuat
Dan tak ada sesuatupun yang menyamaimu
Menulis Itu Indah
Hai bocah kecil……
Angkatlah pena itu dan
goreskanlah keinginanmu dengan jelas
Tuliskan apa saja yang kau ingin
dan harapkan
Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu
Kertas itu nanti memang jadi kotor
Dan kotor di kertas itu
Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu
Apakah kau tidak tahu
Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja
yang membacanya
Lilin Penerang
Di kala gelap menimpa rumah
Di saat itu hati harus tabah
Berteman dengan lilin kecil pencipta benderang
Pengusir hati yang sedang terkekang
Meskipun lama tidak hidup
Namun tetap kami tunggu dengan lapang dada
Dan tak menggerutu di rasa hati kami
Sedikitpun tak ada, tak ada yang mengeluh
Kami hanya yakin
semua kan kembali seperti sedia kala
hingga waktu tiba
Siapa Berani
Siapa berani mendaki gunung itu ?
Siapa berani melewati bebatuan terjal di jalanan
menanjak itu ?
Siapa berani menerjang ombak yang ada di laut itu ?
dan siapa berani melawan kesemuanya itu
Tahukah kawan, hanya dia sang pemberani
Yang memiliki jiwa ksatria yang mampu mengalahkannya
Dan apakah kau termasuk ke dalam anggota di dalamnya
Hanya dirimu yang mampu menjawabnya
Sumpah pemuda
Wahai para pemuda pendahulu…..
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
Yang telah membuat semua bersatu
Mengabadikan lentera nusantaramu
Di kala sekarang telah tiada
Gema janji sumpahmu tetap masih meraung
Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini
28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur
Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini
Terima kasih sumpahmu
28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti
mentari tenggelam di seberang timur
Terlambat sekolah
Burung telah bernyanyi di kala pagi
Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri
Dan bedalah manusia dengan burung itu
Di balik selimut manusia bersembunyi
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati
Aku tidaklah beda masih demikian
Kemalasan telah meracuniku
Hingga aku tak bisa berbuat banyak
Kesekolah tidak bisa datang tepat
Aku kalah dengan seekor burung
Hingga malupun aku dapat
Kiamat
Kiamat……
Banyak kejadian aneh di muka bumi
Kiamat……
Banyak anak-anak durhaka pada orang tua
Kiamat……
Orang baik sudah tidak ada lagi
Untuk temanku yang sedang termangu
Marilah bersujud di hadapanNya
Mohon ampun belas kasihanNya
Semoga ampunan selalu dalam perlindunganNya
Membawa kita masuk ke dalam surgaNya
Antara dunia dan akhirat
Duhai teman yang ada di seberang utara
wahai teman yang berada di seberang selatan
Duhai teman yang ada diseberang timur
Wahai teman yang berada seberang barat
Bisakah keadaan semua disana diceritakan ?
Kami tahu itu tak jauhlah berbeda
Dengan adanya dunia dan akhirat
Antara panas dan dingin
Antara kaya dan miskin
Dan antara manis dengan pahit
Petualang kecil
Jalan merayap, jalan merangkak
Berdiri tegap, berbadan kuat
Melewati belantara terjal pegunungan
Menemani nuansa riuh berkicaunya burung
Mengalahkan kejamnya tantangan alam
Sang petualang kecil bertoreh keberanian
Tak pernah takut ataupun sirna
Melawan kesegala mara bahaya
Yang bermunculan di jalanan
Dan bila haus mendahagakan
Mengeringkerontangkan tenggorokan
Kau tetap menggeliat
Mencari timbunan asamu yang masih terpendam
Manusia Robot
Robot banyak orang memanggilmu
Di jepang banyak kamu tinggal
Robot kamu adalah manusia mesin
Walaupun begitu apakah kamu punya perasaan sepertiku ?
Tak sedikitpun kau perbuat kesalahan
Unik, lucu,gesit, tak pernah putus asa dirimu berada
Dan bila pekerjaan banyak menimpamu
Kau akhiri segalanya dengan sesempurna
kemampuanmu.
Tukang Batu di Desaku
Oh tukang batu……
Sungguh heran hatiku melihatmu
Jam 11 malam pun kau masih menggema
Memukul batu batu di dasar rumah itu
Tuk memetakan keramik lantai
Menghaluskan kondisi rumah itu
Kau jadi pemborong
Dan memborong segalanya
Untuk memolekkan rumah orang itu
Semangatmu sungguh luar biasa
Bagaikan robot yang tak pernah putus asa
Nikmatnya berzakat
Menumpuk sudah uang tabunganku
Tak hilang punah semua usahaku
Setelah berlama-lama kukumpulkan
Kini saatnya sebagian aku zakatkan
Tidak merasa hilang uangku dimasukkan
Dalam kotak kecil yang begitu lusuh
Lusuh dalam penglihatan manusia
Namun tidak disisi Tuhan Yang Kuasa
Indah Senyuman
Burung Kaka tua tertawa ha….ha….ha…..
Begitu juga kambing tertawa hi…hi…hi…
Manusia cemberut menahan kerut
Bila gundah dalam hati
Menitikkan air mata duka lara
Memang duka lara akan pergi
Bila senyum kita lempar
Namun tidak seperti melempar batu
Ke atas langit dan ke bawah bumi
jika kambing pasti tertawa dalam haus dan lapar
manusia juga perlu senyum
dalam duka lagi lara
Anak Nakal
Diam kamu……, jangan banyak usil
Bisakah kau perhatikan sebentar !
Celotehmu hanya bikin gerah
Perilakumu hanya buat mual saja
Lihatlah semua guru telah mencibirmu
Dan kau selalu panaskan kejengkelan hati padanya
Tak pernah secuilpun kau perbuat selaras dengan
aturan hati
Dunia bisa siang juga bisa malam
Kau hanya perlu memilih saja
Jika baik di kata kau selalu ambil
Perubahan berarti pasti kau dapatkan
Namun bila buruk kata selalu dipilih
Sampai nanti kau takkan selalu tiada arti
Kehebatan Anggota Badan
Kami tak bisa berucap ya Tuhan…….
Apa yang harus kami katakan
Kau karuniakan mata, tangan, kaki , telinga, hidung
Dan semua yang terkumpul dalam kekuatan maha hebat
Namun dibalik itu semua ternyata tersimpan kelancangan
Perilaku dan sikap
Kami tak pernah mensyukur sedikitpun
Tangan kami gunakan untuk merusak alam
Kaki kami gunakan tuk menendang bumi
Telinga dan mata kami gunakan untuk mendengar dan melihat
yang seharusnya tidak kami perbuat
Dan semua adalah demi berteman dengan hawa nafsu
Jika memang kami dosa…….
Tunjukkanlah apa yang seharusnya kami lakukan
Kau adalah maha perubah
Ya Tuhan rubahlah perilaku kami agar tidak sedemikian itu
Ramdlan Ku Sayang
Kau datang dengan segudang harapan
Di tengah penantian berjuta manusia
Senyum suka cita pun mencuat dari mulut mulut kecil
Dan bila kau pergi keramahan tiada lagi
Tangis sedih mewarnai kehilanganmu
Tak’da lagi lantunan lantunan kecil
Yang menyejukkan hati
Penenang jiwa nan gundah
Dari hasil tilawah yang menggugah
Selancar Ku Lancar
Bahagia diriku di kala sore
Udara begitu sejuk menawan hati
Angin pun kencang menerpa mengangkat ombak
Melayangkan selancarku berayun ayun, mengangkasakan diriku
Menikmati riuhnya ombak bergulung-gulung
Membukakan hati yang berketakutan
Nyiur Hijau
Nyiur hijau di tepi pantai
Bang kuning meraya
Siur siur daunnya melambai
Burung-burung berpada menyanyi gembira
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang subur kaya makmur
Tanah airku tumpah darahku
Tanah yang indah permai nyata
Sekolahku Sehat
Sekolahku yang sehat
Betapa ku mencintaimu
Terimakasih kawan kawanku
Yang telah membersihkannya
Akan ku kenang engkau
Sekarang sekolahku indah dan sehat
Betapa aku senang
Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema
Taman Bungaku
Tamanku taman indah permai
Kurindu dan kupandang slalu
Bunga pujaan hatiku
Kagum tiada jemu
Burung berkicau riang hinggap
Di dahan-dahan sambil menari senang
Alangkah indahnya tamanku
Kusiram dengan tekun selalu
Awan
Kulihat awan seputih bunga melati
Kesana kemari dilangit luas
Andai saja aku bisa menggapainya
Agar aku bisa melihatmu
Akan kuraih bila aku dapat
Akankah aku bisa menggapainya
Aku akan berusaha sekuat mungkin
Pahlawan
Oh, pahlawan
Engakulah yang melindungi bangsa
Tiada engkau, tiada kebebasan
Karenamu bangsa bebas dari penjajah
Sekarang tiada engkau lagi
Dan bangsa harus tetap bersatu
Ku akan merindukanmu selalu
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu
Bungaku
Oh Bunga……
Engkau mekar di taman beraneka warna
Merah dan putih selau berseri
Mawar dan melati berwarna warni
Di atasmu penuh kumbang dan kupu
Menari, menyanyi dan menghirup madumu
Bagaikan mimpi dikhayalku
Untukmu Guru Bangsa
Guru…….
Engakulah pengajar kami
Engkau ajarkan ilmumu untuk kami
Tiada bosan bosan engkau mengajar
Dengan penuh kesabaran
Guru ………..
Engkau mengajar dengan ikhlas
Engkaulah pendidik putra putri bangsa
Jasamu kepada kami sungguh besar
Hingga aku menjadi pandai dan pintar
Gunungku
Gunungku
Engkau tinggi menjulang
Penuh pepohonan kiri dan kanan
Merah bungaku
Hijau daunmu
Coklat batangmu
Tetapi mengapa manusia begitu kejam ?
Menebang dengan liar
Membakari hutan-hutan
Sekarangpun hutan banyak yang gundul
Karena perbuatan manusia yang kejam
Kepahitan masa lalu pun didapatkan
Tugu
Tugu…….
Engkau menjadi saksi bisu
Kehidupan dulu
Yang belum kutahu
Tugu…..
Tetap kokoh melawan zaman
Yang penuh kekerasan
Jikalau malam datang
Ku ingin sepertimu
Tetap tegar melawan kokoh yang penuh liku
Laut
Laut……..
Engkau datar meluas
Penuh air di tepi dan di dalam
Ombakmu yang tinggi
Warnamu yang biru
Laut……….
Begitu indah dipandang
Begitu dingin dirasakan
Engkaulah salah satu buah karya Tuhan
Tetapi manusia tidak merawatmu
Membuang sampah dilaut
Hingga tsunami meraja di Aceh
Itulah wujudmu
Kupu dan Kumbang
Kupu……Kumbang…….
Engkaulah sang penghirup madu
Menghirup dengan penuh kesenagan
Menghirup di atas bunga-bungaku
Kupu…..Kumbang
Engkau terbang menari-nari
Bersama kawan-kawanmu
Di atas bunga, di bawah sang mentari
Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Lagu
Kulantunkan tembang rindu
Untukmu sahabatku
Di atas panggungmu
Kumenari dan bernyanyi dengan riang
Penuh damba dan senang di dalam hati
Dengan riangnya kau mengikutiku
Menyanyikan lagu
Indah, merdu dan sempurna
Itulah wujudmu wahai lagu
Gigiku Sehat
Gigiku salah satu anggota tubuhku
Yang berwarna putih
Di dalam mulutku
Yang memangjang satu persatu
Oh tuhan terima kasih engkau menciptakan gigiku
Hanya sebutir kata yang keluar dari mulutku
Aku bisa melumat makanan itu
Tepuk Tangan
Berepuklah tangan
Dan hempaskanlah suasana duka lara
Riuh dan ricuh terdengarkan
Menusuk telinga
Namun membakarkan kesenduan hati
Dan apakah hanya itu yang akan kau dapatkan
Tidak …………..tepuklah sekali lagi
Semua mala akan hijrah ke angkasa
Beri Terbaik
Segala apa yang diambil
Dan Semua apa yang telah dinjak
Adalah buah dari asa manusia
Keberanian berjalan
Keuletan berlaku
Kepatutan bercermin
Tiadalah metamorfosa manusia dalam hijaunya dunia
Apalah yang akan dipetik
Buah nangka atau durian busuk ?
Pastilah yang akan dipilih adalah segala apa yang terbaik
Bocah Jalanan I
Langit, bapaknya
Bumi, ibunya
Alam,pekarangannya
Raga,rumahnya
Waktu,menggelindingkannya
Sampai jiwa kembali padaNya
Bocah Jalanan II
Berangkat pagi diterpa angin
Menyibak kabut bertaruh nyawa
Untuk menyambung hidup hari ini
Belajar dari binatang buas
Memburu rejeki lewat apa saja
Balada Dua Bocah
Dua bocah dalam rumah kosong
Berkelakar dan tertawa riang
Tuk usir lapar
Yang merongrong
Selama menunggu ibu bapak pulang
Mengkais rejeki disetiap peluang
Dua bocah dalam rumah kosong
Lelah bermain selepas petang
Berbaring di lantai sambil menerawang
Sementara ibu bapak terus berjuang
Abaikan dahaga dan terik yang memanggang
Dua bocah dalam rumah kosong
Sama mimpi lihat makanan terhidang
Lalu dilahap hingga perut kenyang
Tepat di saat ibu bapak genggam menang
Segera bawa buat buah hati sayang
Tapi bocah sudah meregang
Paras mereka tenang
Sudah KehendakNya
Raja kematian datang dini hari
Menjemput sukma kembali padaNya
Walau sedu sedan menghiba
Minta tangguh barang sejenak
Tetap saja jalankan tugasnya
Karena semua yang tersurat sudah kehendakNya
Pak Pos
Biar terik atau hujan
Setia datangi penerima khabar
Yang menanti penuh harap
Digubuk atau gedung semua pelosok
Agar tragis tak berulang
Seperti beliung yang memporakporandakan
Prinsip
Keberhasilan bukanlah hadiah,
Rebut,
Genggam,
Jangan biarkan semangat tergerus
Karena,
Bila tidak bisa apa-apa
Tak kan pernah bisa apa-apa
Si Manis
Si Manis……..
Bulumu putih mulus
Wajahmu imut
Dan tebal seperti selimut
Engkau kucing yang lucu
Juga menggemaskan
Senangnya aku melihatmu
Eloknya kamu kucingku
Gosok Gigi
Sehari aku gosok gigi
Pagi , sore, malam sepanjang hari
Karena aku takut gigku sakit lagi
Akupun senang gigiku sehat
Ayo kawan kita gosok gigi
Janganlah kau malas kawanku
Maka dari itu ku memeperingatikanmu
Agar gigimu tidak sakit sepertiku
Guruku
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima kasih guruku tercinta
Suara Adzan
Bila telah terdengar suaranya
Mengumandang mencubit telinga
Orang pun berbondong
Mengambil wudlu membasuh tangan
Dan merelakan kewajiban suci
Menghadap ilahi mempasrahkan diri
Mencari harapan untuk mengumpulkan pahala
Berharap hasil di negeri kahirat
Habis Sudah
Habis sudah harta terkuras
Hilang telah semua yang terpunya
Dan kini mengisap jempol
Mengkhawatirkan menangiskan diri
Meratapi timbunan kesedihan yang melekat
Berharap ada yang membela kasihani
Hanya satu yang terpukat
Kebangkrutan tidak akan datang
Bila impian masih tertancapkan
Harus Bisa
Saat waktu telah tiba
Dan semua harus tekumpulkan
Waktu memang terus berkejaran
Tidak mau terkalahkan
Bisa atau tidak ?
Tahu atau tidak ?
Semua adalah cobaan yang harus diterpa
Memohon Bantuan
Derita datang
Mala pun bebarengan hadir
Seperti tamu tak diundang
Rintihan rintihan kecil
Tangis tangis pilu
Menghiasi segala asa
Yang memelas memohon bantuanNya
Gegas gegaslah tetap
Tanpa henti tiada berputus asa
Tuhan adalah maha tahu
Segala apa yang buruk dan baik untuk hambaNya
Tetaplah bermohon kepadaNya
Bila belumlah termakbulkan
Teruslah sekali lagi…..sekali lagi…. dan sekali lagi………
Waktu Adalah Uang
Benarlah apa dikata orang
Orang kaya bilang waktu adalah uang
Bila berpangku tangan di ruang
Apakah uang akan datang ?
Banyak orang tidak tahu
Juga tidak mau tahu
Kejadian yang terjadi padanya
Adalah ketentuan dariNya
Namun tidaklah demikian sebenarnya
Orang kecil orang besar
Berpeluang sama besarnya
Kunang-Kunang
Saat malam tiba
Gelap pun membumi
Menutupi hingarnya dunia siang
Ada satu yang menakjubkan kalbu
Kunang-kunang beterbang ke kiri dan ke kanan
Melintas mata manusia
Membuat otak memutar pikir
Memberikan pertanyaan
Mengapa engkau memiliki benderang
pencipta terang di kala malam ?
Sadar semua berpikir
Hanya Tuhan yang maha tahu
Semua itu
Sang Juara
Dia bukanlah keberuntungan
Mereka tiadalah orang yang berkejora
Dia dan mereka hanya bergelora
Di saat pertandingan tiba
Hatinya adalah mesin
Berputar terus menerus
Tiada henti
Dalam kemunduran
Tetaplah menampakkan dan menghadiahkan
Kemenangan yang tiada henti
Salam Sapa
Menatap semut yang berpapasan
Berhingar bingar dalam kerumunan
Kesana kemari menampilkan
pola perilaku yang menakjubkan
Tetap bersalam sapa dan berjabat tangan
walau berat beban makanan di atas badan
Manusia, tak tahu malu
menghardik, mendengki, bahkan mencibir satu sama lain
Berbahagia dalam bergunjing ria
adakah manusia kan membahagia ?
Bunga Matahari
Kuning, cerah, dan menggugah
Bunga matahariku di depan rumah
Bila kau akan layu kukayuhkan timba
Air pun kualirkan di akarmu
Dan ku membahagia
Menyaksikan kau hidup segar
Tanpa kesakitan menahan teriknya
sang mentari
Siklus
Kemarin ada tawa dalam gelap
Sekarang ada tangis dicerah cahaya
Lintangku tetap saja dari selatan ke utara
Seiring gelap terang sepanjang jalan
Semua jadi bukan aral langkah
Buat esok wujudkan impian
Berita Duka
Dipintu gerbang kalian berdiri
Menenteng thermos sore tadi
Dengan wajah kuyu dan bibir terkatup rapat
Serta mata sembab oleh tangis berkepanjangan
Tiada yang dapat ku katakana dari fenomena itu
Karena akupun seperti kalian
Tergetar oleh kuasanya
Di malam yang kelewat dingin ini
Terukir haru yang pekat
Oleh berita duka
Berpulangnya ibu tersayang
Nelayan Pantai Selatan
Gelombang gelombang pasang telah bermain
Mengosak asikkan nuansa pantai
Perahu perahu di halau pulang
Masuk ke pekarangan
Nelayan tetaplah nelayan
Tidaklah kan tetap kekurangan
Walau hanya sebentar
Menahan lapar dalam kelakar
Bersama gelombang gelombang pasang
Gunung Krakatau
Di selat sunda perahu berlintas
lalu lalang
Membawakan penumpang
Menyibakkan pesona gunung Krakatau
Fenomena alam Krakatau
Berpenampilan gagah
Membahana di lautan luas
Mengepulkan asap membabibutakan
Musuh musuh yang berkeliaran
Pelangi
Pelangi……pelangi….pelangi……
Warnamu indah berseri
Merah kuning, hijau,itu warnamu
Disinari oleh mentari
Semua orang menyukaimu
Kau pelangi terindah disini
Inginnya aku melihatmu setiap hari
Dan disertai burung burung terbang tinggi
Rembulan
Saat rembulan berwajah muram
Sinarnya pun amat temaram
Malam tetaplah malam
Malam hanyalah hitam
Oh…….rembulan
Kau membuat hati makin bimbang
Apakah kita bisa menang
melawan musuh yang akan datang
Puncak jayawijaya
Tebing tebing tebal
Tertaklukkan sang pendaki
Berhari-hari menahan rintihan
Menahan siksaan dinginnya
salju berasa puncak jaya wijaya
Setapak demi setapak
Kaki bertautan menahan pijak
Melawan terjalnya tantangan
alam jayawijaya
Berlama lama melintas
Menanjak, meliku,mengganjal
Guliran kaki yang menghentak
Sedikit demi sedikit
Dengan pelan lagi pasti
Sang puncak telah terlihat
Haru membahagia membahana
Bendera menancap pada sang raja pegunungan
Dunia Anak, Bukan Dunia Dewasa
Pengarang: Widodo Judarwanto
Kategori: Anak
Dunia Anak, Bukan Dunia Dewasa
Bukan Dunia Yang Penuh Tipu Muslihat
Bukan Dunia Yang Penuh Amarah
Bukan Dunia Yang Penuh Perilaku Setan
Dunia Anak, Bukan Dunia Dewasa
Dunia Yang Penuh Kepolosan
Dunia Yang Penuh Fantasi
Dunia Yang Penuh Kasih Sayang
Dunia Anak, Bukan Dunia Dewasa
Jangan Rasuki Dunia Anak Dengan Dunia Dewasa
Jangan Paksakan Dunia Anak Dengan Ego Dewasa
Jangan Lunturkan Dunia Anak Dengan Kekerasan
Jangan Hitamkan Dunia Anak Dengan Kebohongan
Dunia Anak Adalah Warna Dunia Dewasa Kelak
Bila Dunia Anak Terlumuri Dunia Dewasa Yang Kelabu
Bila Dunia Anak Terpapar Dunia Dewasa Yang Kejam
Bila Dunia Anak Ternodai Dunia Dewasa Yang Picik
Kelak Warna Dunianya Akan Terus Suram
Ibu
Pengarang: Rahmadani Dewi S
Kategori: Puisi Ibu, Anak
bu…
apa kabar
baik-baik sajakah kau
tentu sehat slalu
ibu…
jeritku,tangisku,rintihku
terhapus mendengar kata
ibu…
ibu…
kau lelah demiku
kau buang semua tenagamu
demi aku
ibu…
kau bagaikan sehelai kapas
yang sanggup membawaku
terbang dengan tenang
ibu…
aku beruntung memiliki engkau
terima kasihku ku ucapkan
air mata menitik di pipiku
Demikianlah artikel dari dosenmipa.com mengenai Puisi Tentang Sekolahku : Alam, Sahabat, Guru, Pendidikan, Cita-Cita, Anak, Tercinta, SD, SMP, SMA, SMK, Pendek, Singkat, 2 Bait, Rumahku, Indah, Buku, Lingkun, semog artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.