Pengertian Yaumul Hisab
Daftar Isi Artikel
Yaumul hisab atau hari perhitungan amal adalah hari dimana Allah SWT memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal mereka. Allah Ta’ala berfirman:
“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” QS. Al-Ghasyiyah (88): 25 – 26
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan mengucapkan:
اَللَّهُمَّ حَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيْرَا
Allohumma haasibni hisaaban yasiiro (Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah.”
Baca Juga : Yaumul Jaza Adalah
Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya tentang apa itu hisab yang mudah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah memperlihatkan kitab (hamba)-Nya kemudian Allah memaafkannya begitu saja. Barangsiapa yang dipersulit hisabnya, niscaya ia akan binasa.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, VI/48, 185, al-Hakim, I/255, dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitaabus Sunnah, no. 885. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).
Allah SWT bersifat Maha adil dan Maha Bijaksana salah satu wujudnya adalah Allah SWT tidak akan menganiaya satupun dari makhluknya, dan tidak akan meletakan sesuatu perkara bukan pada tempatnya.
Allah SWT tidak akan mempersamakan antara orang-orang yang Taat dengan orang-orang yang kafir & durhaka, antara orang-orang mukmin dengan orang-orang musyrik, juga antara orang yang berbuat baik dan berbuat buruk demikianlah seterusnya. Sebabnya ialah mempersamakan antara dua macam golongan tersebut diatas merupakan penganiayaan yang luar biasa serta kekurangan akal yang melampaui batas ketentuan.
Firman Allah Ta’ala : QS. Al Jatsiyah (45) : 21-22
Mempersamakan kejadian dan kedudukan antara orang-orang yg taat dalam kebaikan dengan orang-orang yang berbuat keburukan adalah cara pemikiran Jahiliyah yang mengira bahwa kehidupan di dunia hanyalah sebagai permainan dan untuk bersenang-senang belaka, hal ini diterangkan dalam Al Qur’an surat Shad (38): 27-28
Amat disayangkan jika masih ada saja orang-orang yang belum menyadari hal ini, bahkan hanya sedikit sekali yang mengingat hal itu, Firman Allah Ta’ala :
Baca Juga : Naudzubillah Min Dzalik Artinya
- Al Mu’min/Ghafir (40) : 57-59
Adapun orang-orang Musyrik dan kafir mereka itulah yang sebenar-benarnya tidak percaya terhadap akan adanya yaumul hisab, bahkan mereka membantah dengan membuat angan-angan sesuai keinginan mereka bahwasanya nasib semua makhluk ciptaan Allah adalah sama, Allah SWT membantahnya dalam Al Qur’an,
Firman Allah Ta’ala : QS. An Najm (53) : 31
itulah puncak dari penerapan kebijakan Allah sehingga akan dapat dibedakan mana yang Haq dan mana yang bathil, akan nampak pula antara siapa yang beriman dan siapa yang kafir.
TATA CARA HISAB
Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَجْمَعُ اللهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ لِمِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ قِيَامًا أَرْبَعِيْنَ سَنَةً شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ يَنْتَظِرُوْنَ فَصْلَ الْقَضَاءِ
“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dan ath-Thabrani. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, no.3591).
Ketika kesusahan yang mereka rasakan semakin memuncak, akhirnya mereka mencari orang yang dapat memberikan syafa’at, agar Allah Ta’ala segera mempercepat keputusan-Nya. Mereka pun akhirnya berusaha mendatangi Nabi Adam, kemudian Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa bin Maryam untuk meminta syafa’at darinya, namun mereka semua menolaknya.
Pada akhirnya mereka datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk meminta syafaat dari beliau. Dengan izin Allah Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemberikan syafaat kepada umat manusia, agar mereka diberi keputusan. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4712 dan Muslim, no. 194 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Baca Juga : Pengertian Yaumul Baats
HISABNYA ORANG MUKMIN
Sesungguhnya Allah mengadili hamba-Nya yang mukmin seorang diri pada hari Kiamat, tidak seorang pun yang melihatnya dan tidak seorang pun yang mendengarnya.
Allah Ta’ala benar-benar menutupi aibnya sehingga tidak seorang pun yang mengetahuinya. Allah menunjukkan kesalahan-kesalahannya dan berkata kepadanya: “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengakui dosa ini?” Maka dia menjawab, “Ya wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya.” Tiap kali ditunjukkan dosa-dosanya, ia terus mengakuinya sampai-sampai ia merasa pasti binasa. Lalu Allah Ta’ala berfirman kepadanya:
فَإنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ
“Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia, dan sekarang Aku mengampuni dosa-dosamu.” Kemudian diberikan kepadanya catatan amal kebaikannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dalam Fathul Baari, juz VIII hal 353, dan Muslim, no. 2768)
Adapun orang-orang zholim dan munafiq, mereka akan dipanggil di hadapan seluruh makhluk. Para saksi akan menyeru mereka di hadapan seluruh makhluk:
هَؤُلآءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ (18)
“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zholim.” (QS. Huud: 18) Naudzubillahiminzaalik
Wallohu’alam
Di yaumul hisab/hari perhitungan amal (pahala-dosa) nanti, membawa dosa kepada Allah itu lebih ringan dari pada membawa dosa kepada sesama manusia.
Baca Juga : Yaumul Hasyr
Sebab Allah maha pengampun, sedang manusia, di hari itu akan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri masing-masing.
Ketika ada piutang dosa orang terhadap dirinya, pasti akan diambil.
Pahala amal kebaikan kita akan diberikan kepada orang yang kita zalimi atau kalau kita tidak punya cadangan pahala lagi, maka dosa orang tersebut akan ditransfer ke kita sebagai balasan atas kezaliman kita.
Karenanya, selama di dunia ini, berhati-hatilah dalam bertindak (di dunia offline maupun online). Termasuk urusan perkataan (dan juga tulisan/postingan).
Jangan menyebarkan keburukan orang lain (ghibah), terlebih lagi berita bohong tentang mereka (fitnah).
Jangan merasa ringan, jika sembarangan sharing, forward atau posting sesuatu. Sebab semua hal dicatat, dan tidak ada yang luput dari catatan (hal besar maupun kecil).
Seorang hamba akan ditunjukkan catatan amalnya, hingga ia takut karena tidak ada hal yang terlewat olehnya,
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzhalimi seorang jua pun.”
(QS. Al-Kahf: 49).
Baca Juga : Arti Yaumul Mizan