Yang menjadikan segala sesuatu Atau Yang Maha Pengembang. Tuhan merencanakan Makhluk-Nya dan menuntunnya melalui tahap – tahap dalam proses perkembangannya. Allah bersifat Al-Bari’ yang bisa diartikan sebagai Maha Merencanakan Sesuatu.
Dengan sifat-Nya tersebut Allah Subhanahu Wata’ala mengajarkan kepada hamba – hamba-Nya agar selalu memilki rencana sebelum melakukan segala sesuatu hal. akan tetapi perlu untuk di-ingat, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala adalah yang menentukan hasilnya
Menurut sebagian pendapat ulama’ yang lain AL – BARI memiliki makna lebih kepada yang menjadikan segala sesuatu dari tiada menjadi ada.
“Al-Bari` artinya yang menciptakan makhluk tanpa meniru. Akan tetapi lafadz ini lebih memiliki kekhususan pada (penciptaan) makhluk-makhluk hidup, tidak pada makhluk-makhluk yang lain. Lafadz ini jarang sekali dipakai pada (penciptaan) selain makhluk hidup.
Allah Subhanahu Wata’ala Melaksanakan dan memunculkan atau mengadakan apa yang Dia tetapkan menuju ke alam nyata. Dan tidak semua yang bisa menetapkan sesuatu dan mengaturnya mampu untuk melaksanakan dan mewujudkannya, selain Allah Subhanahu Wata’ala.
Dengan mengimani nama tersebut serta mengetahui maknanya, kita semakin menyadari kekuasaan Allah Yang Maha Hebat, serta mengetahui bagaimana luasnya ilmu Allah dan kemampuan-Nya. Di mana tidak mungkin ada yang melakukan itu semua kecuali Dzat yang Maha Berilmu dan Maha Mampu.
Ini semua mestinya membuat kita semakin tunduk kepada-Nya dan semakin patuh. Sebagaimana juga mestinya membuat kita semakin bersyukur kepada-Nya karena kita semuadengan bentuk ciptaan yang bagus dan indah ini adalah buah dari Asma Allah Subhanahu Wata’ala tersebut.
Salah satu Al-Asma`ul Husna adalah Al-Bari` (البَارِئُ), seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan:
هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
.
“Dia-lah Allah Al-Khaliq (Yang Menciptakan), Al-Bari’, Al-Mushawwir (Yang Membentuk Rupa), Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.” (Al-Hasyr: 24)
.
وَإِذْ قَالَ مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوْبُوْا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوْا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
.
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: ‘Hai kaumku, sesungguhnya kalian telah menganiaya diri kalian sendiri karena kalian telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahan kalian), maka bertaubatlah kepada Bari` kalian dan bunuhlah diri kalian. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian di sisi Bari` kalian…’.” (Al-Baqarah: 54)
Makna Al-Bari`
Ibnu Qutaibah rahimahullahu mengatakan: “Di antara sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah (Al-Bari`) dan makna Al-Bari` adalah (Al-Khaliq): Pencipta. Dikatakan (dalam bahasa Arab):
.
بَرَأَ الْخَلْقَ يَبْرَؤُهُمْ
.
Artinya ‘menciptakan makhluk’, dan (البَرِيَّة) berarti ‘makhluk’.” (Tafsir Gharibul Qur`an hal. 15, dinukil dari Shifatullah ‘Azza Wa Jalla Al-Waridah Fil Kitabi Was-Sunnah hal. 61-62)
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Al-Bari` artinya yang menciptakan makhluk tanpa meniru. Akan tetapi lafadz ini lebih memiliki kekhususan pada (penciptaan) makhluk-makhluk hidup, tidak pada makhluk-makhluk yang lain. Lafadz ini jarang sekali dipakai pada (penciptaan) selain makhluk hidup. Sehingga diungkapkan dalam bahasa Arab:
.
يَبْرَأُ اللهُ النَسَمَةَ
.
‘Allah menciptakan makhluk hidup.’ (dengan menggunakan kata bara`a, pent.). Dan:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
.
‘Allah menciptakan langit dan bumi.’ (dengan menggunakan kata khalaqa, pent.).” (Jami’ul Ushul, 4/177, dinukil dari Shifatullah ‘Azza Wa Jalla Al-Waridah Fil Kitabi Was-Sunnah hal. 61-62)
Demikian pula yang dikatakan dalam Lisanul ‘Arab.
Jadi di sinilah salah satu perbedaan makna antara nama Allah Al-Khaliq dan Al-Bari`.
Abu Hilal Al-‘Askari rahimahullahu mengatakan: “(Kata) (بَرَأَ اللهُ الْخَلْقَ) artinya ‘Allah Subhanahu wa Ta’ala membeda-bedakan bentuk mereka’.” (Al-Furuq Al-Lughawiyyah hal. 227)
Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menjelaskan ayat ke-24 surat Al-Hasyr berkata: “Al-Khalqu (yang darinya diambil kata Al-Khaliq, pent.) artinya menetapkan. Dan Al-Bar`u (yang darinya diambil kata Al-Bari`, pent.) artinya Al-Faryu, yaitu melaksanakan dan memunculkan atau mengadakan apa yang Dia tetapkan menuju ke alam nyata. Dan tidak semua yang bisa menetapkan sesuatu dan mengaturnya mampu untuk melaksanakan dan mewujudkannya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang penyair memuji orang lain:
.
وَلَأَنْتَ تَفْرِي مَا خَلَقْتَ
وَبَعْضُ الْقَوْمِ يَخْلُقُ ثُمَّ لاَ يَفْرِي
.
Sungguh dirimu mewujudkan apa yang kamu tetapkan sementara sebagian kaum menetapkan lalu tidak bisa mewujudkan Yakni engkau mewujudkan dan mengadakan apa yang engkau tetapkan, berbeda dengan selainmu, yang tidak mampu melaksanakan apa yang diinginkan. Sehingga, makna Al-Khalq adalah menetapkan, sedangkan makna Al-Faryu (Al-Bar`u) adalah melaksanakannya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 4/367. Lihat juga Tafsir Al-Qurthubi, 18/48)
Kesimpulan
Dari nukilan penjelasan para ulama di atas dapat disimpulkan bahwa makna Al-Bari` adalah Yang menciptakan tanpa meniru, dan mewujudkan ke alam nyata apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan –sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir rahimahullahu– serta membedakan antara satu makhluk dengan yang lain –sebagaimana penjelasan Abu Hilal Al-‘Askari rahimahullahu–. Dan kata Al-Bari` lebih akrab dengan penciptaan makhluk hidup, –sebagaimana penjelasan Ibnul Atsir rahimahullahu–.
Baca Juga : Al Muhaimin Artinya
Buah Mengimani Nama Allah Al-Bari`
Dengan mengimani nama tersebut serta mengetahui maknanya, kita semakin menyadari kekuasaan Allah Yang Maha Hebat, serta mengetahui bagaimana luasnya ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemampuan-Nya. Di mana tidak mungkin ada yang melakukan itu semua kecuali Dzat yang Maha Berilmu dan Maha Mampu.
Ini semua mestinya membuat kita semakin tunduk kepada-Nya dan semakin patuh. Sebagaimana juga mestinya membuat kita semakin bersyukur kepada-Nya karena kita semua –dengan bentuk ciptaan yang bagus dan indah ini– adalah buah dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut.
Menjadi Abdul Bari’
‘Abdul Bari’ adalah hamba Allah yang terbebas dan terpelihara dari berbagai penyakit lahir maupun penyakit batin. Penyakit-penyakit batin adalah bekasan dari berbagai macam pengingkaran, kemaksiatan, dan dosa.
Allah subhanahu wa Ta’ala menjadikan hamba-hamba-Nya ini agar mereka berperilaku, bertindak dan berbuat selaras dengan sunnatullah yang berlaku di alam semesta, serta dapat membantu atau mendorong orang lain untuk melakukan hal serupa. Dengan sunnatullah dalam kehidupan itu, manusia akan dapat menyelaraskan kehidupannya secara harmonis, baik vertikal maupun horizontal.