Isim Ghoiru Munshorif

Diposting pada

Pengertian Isim Ghoiru Munshorif

Definisi isim ghairu munsharif adalah: isim yang tidak bisa dibaca tanwin. Ada juga yang menyebutkan isim ghairu munsharif adalah isim yang tidak menerima tanwin.

Pada dasarnya setiap isim adalah tanwin (ada beberapa pengecualian yang dibahas pada dokumentasi lain). Isim yang bertanwin, jika mendapatkan awalan alif-lam, isim ini tidak bertanwin.

Contohnya adalah isim di bawah ini:

كِتَابٌ = kitaabun (artinya kitab atau buku).
Isim ini jika ditambahkan imbuhan alif lam menjadi alkitaabu = الْكِتَابُ

Isim ghairu munsharif ini walaupun tidak terdapat awalan alif lam, ia tetap tidak bertanwin.

Contoh isim ghairu munsharif:

أَحْمَدُ (ahmadu) = Ahmad
أَحْمَرُ (ahmaru) = merah.

Baca Juga : Isim Isyarah

Macam-macam Isim Ghairu Munsharif

1. Isim dalam bentuk jamak dengan pola:

a. مَفَاعِلُ  = mafaa’ilu.
Contoh =
مَسَاجِدُ = masaajidu = artinya masjid-masjid.
masaajidu adalah bentuk jamak dari masjidun. ( مَسْجِدٌ adalah mufrad atau tunggal, bentuk jamaknya مَسَاجِدُ )

b. فَوَاعِلُ = fawaa’ilu
Contoh=
رَوَاتِبُ = rawaatibu = artinya gaji (salaries).
rawaatibu adalah bentuk jamak dari raatibun yang artinya gaji.
رَاتِبٌ  adalah bentuk tunggal/mufrad, bentuk jamaknya adalah   رَوَاتِبُ

c. أَفَاعِلُ = afaa’ilu
Contoh =
أَمَاكِنُ = amaakinu = artinya tempat-tempat.
amaakinu adalah bentuk jamak dari makaanun yang artinya tempat.
مَكَانٌ  adalah bentuk tunggal, jamaknya adalah  أَمَاكِنُ

2. Isim yang menunjukkan perempuan dengan pola:

a. isim yang berakhiran alif
Contoh = كُبْرَى (besar), صُغْرَى (kecil)

b. Isim yang berakhiran alif dan panjang
Contoh = حَمْرَاءُ (merah), سَوْدَاءُ (hitam), بَيْضَاءُ (putih).
Keterangan tambahan =
Warna-warna di atas adalah untuk muannats (perempuan), sedangkan untuk mudzakkar (laki-laki) adalah = أَحْمَرُ (merah), أَسْوَدُ (hitam), أَبْيَضُ (putih).

3. Kata yang berpola أَفْعَلُ = af’alu , yaitu:

a. Kata sifat yang berpola af’alu.
Contoh =
أَحْسَنُ = ahsanu , artinya lebih baik.
أَفْضَلُ = afdhalu, artinya lebih utama.
أَكْبَرُ = akbaru, artinya lebih besar.

b. Nama-nama yang berpola af’alu.
Contoh = أََحْمَدُ (ahmadu), أَخْنَسُ (akhnasu).

Baca Juga ; Isim Mudzakkar

4. Kata yang berakhiran alif dan nun ( ان ) atau akhiran aanu, yaitu:

a. Kata sifat yang berakhiran انُ , contoh:
غَضْبَانُ (ghadbaanu) artinya marah, جَوْعَانُ (jau’aanu) artinya lapar, شَبْعَانُ (syab’aanu) artinya kenyang, سَكْرَانُ (sakraanu) artinya mabuk.

b. Nama-nama yang berakhiran aan ( انُ ), contoh:
سُفْيَانُ (sufyaanu), عُثْمَانُ (utsmaanu), سُلَيْمَانُ (sulaimaanu).

5. Nama perempuan atau nama yang berakhiran huruf ta marbutah (ta marbutoh) / ة 
Contoh =
عَائِشَةُ (‘aa-isyatu), فَاطِمَةُ (faathimatu) = nama perempuan.
أُسَامَةُ (usaamatu), حَمْزَةُ (hamzatu), مُعَاوِيَةُ (mu’aawiyatu).

6. Nama orang ‘ajam.
Contoh =
إِبْرَاهِيْمُ (ibraahiimu), يُوْسُفُ (yuusufu), وِلْيَمُ (wilyamu atau wiliam).

7. Nama tarkib majzi atau dua nama dijadikan satu.
Contoh =
َحَضْرَ dan مَوْتُ  menjadi حَضْرَمَوْتُ (hadhramautu).

Syarat dan ketentuan isim ghair munsharif

1. Tidak terdapat alif lam di awal kata.
Contoh=
Saya shalat di masjid = صَلَّيْتُ فِي مَسَاجِدَ (shallaitu fii masaajida)
catatan dari dokumentasi sebelumnya bahwa untuk majrur dari isim ghair munsharif adalah berbaris fathah.

2. Jika mendapat awalan alif lam, maka i’rab atau perubahan baris akhir tidak mengikuti pola isim ghairu munsharif. Oleh karena itu jika didahului oleh huruf jar seperti contoh di atas, maka baris akhirnya bukan fathah melainkan kasrah.

Baca Juga : Isim Majrur

Contoh =
Saya telah kembali dari masjid-masjid itu = خَرَجْتُ مِنَ المَسَاجِدِ (kharajtu minal masaajidi)
keterangan = karena didahului oleh huruf jar dan juga mendapat awalan alif lam, maka baris akhirnya menjadi kasrah (i), yaitu masaajidi.

3. Jika isim di-idhafatkan kepada dhamir, maka i’rab tidak mengikuti pola isim ghairu munsharif.
Contoh =
Saya telah shalat di masjid-masjidnya dia = صَلَّيْتُ فِي مَسَاجِدِهِمْ  (shallaitu fii masaajidihim).

Contoh isim ghairu munsharif dalam Al-Quran

إنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِااللَّهِ

1. Masajid (jamak dari masjid) dari contoh di atas terdapat pada surat at-Taubah ayat 18. Surat at-Taubah adalah surat ke 9 dalam Al quran. Perhatikan bahwa isim masajidu (di ayat ini masajidu manshub karena jabatan pada kalimat adalah maf’ul bih, sehingga menjadi masaajida).

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

2. Aswadu dan abyadhu dari contoh di atas terdapat pada surat al-Baqarah ayat 187. Surat al-Baqarah adalah surat ke dua dalam Al-Quran. Aswadu artinya hitam dan abyadhu artinya putih.

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا

Baca Juga ; Isim Ma’rifah

3. Yusuf adalah salah satu contoh isim ghoiru munshorif yang terdapat dalam Al Quran, lihat surat Yusuf, potongan ayat di atas adalah surat Yusuf ayat 4.  Surat Yusuf adalah surat ke 12 dalam Al Qur’an.

لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ

4. Ibraahiim/Ibroohiim adalah salah satu isim ghairu munsharif. Potongan ayat yang ada kata Ibrahim di atas terdapat pada surat Ali-Imran ayat 65. Surat Ali-Imran adalah surat ketiga dalam Alquran.

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

5. Mafaatihu artinya kunci-kunci (jamak dari kata miftaahun). Mafaatihu adalah salah satu contoh isim ghoiru munshorif yang ada dalam Al quran.

Masih banyak contoh lainnya yang bisa ditemui jika kita tilawah Alquran.

Pembagiannya

Nah, isim ghoiru munshorif ada yang cukup dengan satu ‘illat, ada juga yang butuh dua illat baru bisa dikatakan isim ghoiru munshorif. Ada sembilan illat untuk menjadikan isim ghoiru munshorif yaitu : wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji, ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’, alamiyah dan washfiyah. Berikut ini pembagiannya :
  1. SEBAB SATU ‘ILLAT :
yang cukup dengan satu ‘illat lalu ia disebut sebagai isim ghoiru munshorif, yaitu shighot muntahal jumu’ dan alif ta’nits. berikut penjelasannya:
Baca Juga :Isim Nakirah
  • SHIGHOT MUNTAHAL JUMU‘ (صيغة منتهى الجُمع)

Shighot tersebut dinamakan shighot muntahal jumu karena tidak mungkin dijamakan taksir lagi atau bahasa gampangnya adalah bentuk jamak yang paling ujung, udah ga mungkin dijadikan jamak lain lagi. Jamak ini harus mengikuti wazan ‘مَفَاعِلُ/مَفَاعِيْلُ

Contoh : مَسَاجِدُ , صَوَامِعُ , مَصَابِيْحُ , قَنَادِلُ

Shighot muntahal jumu’ tercegah dari tanwin karena memiliki satu ilat yang menempati dua ilat, yang kembali pada makna berupa jama, cabang dari makna mufrod, sedang yang kembali kepada lafadh karena didalam bentunya  الجمع اقصى cabang dari shighot mufrod .
  • ALIF TAKNIS (ألف تأنيث)

Alif taknits yang menempati dua ilat tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak, baik alif mamdudah ataupun alif taknis maqsuroh dan bagaimanapun keadaanya, baik nakiroh, ma’rifat(alam), mufrod ataupun jamak.

Contoh alif taknis mamdudah :   صَحْرَاء , حَمْرَاء , أشْياء , زَكَرِيا

Contoh alif taknis maqsuroh :  حُبْلى , مَرْضَى, ذِكْرَى

Baca Juga ; Isim Muannats

Semua lafadz tersebut diatas tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif), karena memiliki dua ilat far’iyah, ilat yang kembali pada lafadz taknis.