Pengertian Naibul Fail
Daftar Isi Artikel
Na’ib artinya pengganti, sedangkan fa’il artinya pelaku. Jadi na’ibul fa’il artinya pengganti pelaku.
Yang dimaksud naibul fa’il disini adalah isim yang dibaca rofa’ yang menempati tempatnya fa’il setelah membuang fa’ilnya. Seperti contoh:
ضُرِبَ عَمْرٌو : ‘amar telah dipukul
ضُرِبَ : fi’il madhi mabni majhul
عَمْرٌو : na’ibul fa’il
Contoh diatas merupakan contoh na’ibul fail dan fi’il madhi mabni majhul, yang mana kalam tersebut berasal dari contoh di bawah ini:
ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا : zaid telah memukul ‘amar
ضَرَبَ : fi’il madhi mabni ma’lum
زَيْد : fa’il (pelaku)
عَمْراً : maf’ul bih (korban)
Lafadz زَيْدٌ yang berkedudukan menjadi fa’il dibuang, dan kedudukan lafdz tersebut digantikan oleh lafadz عَمْراً . Adapun pembuangan tersebut setelah merubah fi’il mabni ma’lum ضَرَبَ menjadi mabni majhul ضُرِبَ.
Seperti yang telah tercantum diatas bahwa na’ibul fa’il bisa tercipta setelah membuang fa’il. Kemudian na’ibul fa’il itu ada yang berupa na’ibul isim dzohir dan na’ibul isim dhomir. Adapun contoh na’ibul fa’il isim dzohir seperti yang telah disebutkan diatas, dan contoh na’ibul fa’il isim dhomir seperti contoh: ضُرِبْتُ (saya telah dipukul).
Baca Juga : Masdar
Penggunaan na’ibul fa’il
Adapun fi’il yang digunakan untuk membuat na’ibul fa’il itu bisa dari fi’il lazim maupun fi’il muta’addi. Jika fi’ilnya adalah muta’addi maka langkah membuat na’ibul fa’il adalah dengan meniadakan atau membuang fa’ilnya kemudian menempatkan maf’ul bih pada posisinya fa’il yang dihilangkan, dan jangan lupa fi’ilnya harus dirubah terlebih dahulu kedalam bentuk mabni majhul, seperti contoh ضُرِبَ عَمْرٌو .
Jika fi’ilnya berupa fi’il lazim maka tinggal meniadakan fa’ilnya dan mengubah fi’il kedalam bentuk majhul. Sedangkan yang menjadi na’ibul fa’il bisa berupa dzorof atau jar majrur. Seperti contoh:
يُتَنَزَّحُ فِي الحَدِيْقَةِ : dikebun yang sedang dibersihkan
يَتَنَزَّحُ النَّاسُ في الحَديقةِ : orang-orang sedang bersih-bersih dikebun.
Cara membuat susunan Naibulfail
( فَإِنْ كَانَ الفِعْلُ مَاضِبًا, ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ وَاِنْ كَانَ مُضَارِعًا ضُمَّ اَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ ).
Apabila fi’i tersebut terdiri dari fi’il madly, maka huruf pertamanya didlomahkan, dan huruf yang sebelum akhirnya dikasrohkan. Dan apabila piilnya terdiri dari pi’il mudlori, maka huruf pertamanya didlomahkan, dan huruf yang sebelum akhirnya difatahkan”.
Pertama-tama kita membuat susunan fi’il, fa’il, dan maf’ul bih. Setelah itu , buang fa’ilnya, lalu maf’ul menempati tempat fa’il yang dibuang tadi, sambil dirofakan, kemudian fi’ilnya harus dimabni maf’ulkan. Adapun tentang cara memabni maf’ulkan ada dua ketentuan:
Baca Juga : Isim Mufrad
1). Kalau fi’il madly caranya adalah:
ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ
“Dlomahkan huruf yang pertama dan kasrohkan huruf yang sebelum akhir”.
Contoh:
ضَرَبَ ضُرِبَ
قَتَلَ قُتِلَ
قَرَأَتْ فَاطِمَةُ الرِّسَالَةَ قُرِأَتْ الرِّسَالَةُ
2). Kalau fi’il mudlori, caranya adalah:
ضُمَّ اَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ
“Didlomahkan huruf yang pertama dan fathahkan huruf yang sebelum akhir”.
Contoh:
يَضْرِبُ يُضْرَبُ
يَنْصُرُ يُنْصَرُ
يَكْتُبُ مُحَمَّدٌ الدَّرْسَ يُكْتَبُ الدَّرْسُ
يَسْرِقُ السَّارِقُ المَتَاعَ يُسْرَقُ المَتَاعُ
Inilah yang dinamakan fi’il mabni maf’ul yang suka disebut dengan fi’il mabni majhul, kebalikannya adalah fi’il mabni fa’il atau disebut fi’il mabni ma’lum.
Baca Juga : Jumlah Mufidah
Pembagian Naibul Fa’il
(وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ )
- Naibul Fa’il Dhohir
( فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبَ زَيْدٌ وَيُضْرَبُ زَيْدٌ وَاُكْرِمَ عُمْرٌ وَيُكْرَمُ عَمْرٌ )
Contoh Naibul fa’il :
وَيُضْرَبُ زَيْدٌ | Amar telah dipukul | ضُرِبَ زَيْدٌ | ||
وَيُكْرَمُ عَمْرٌ | Amar telah dihormati | وَاُكْرِمَ عُمْرٌ |
- Naibul fai’l Dlomir
( وَالمُضْمَرُ اِثْنَا عَشَرَ نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبْتُ ضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وَضُرِبْتِ وَضُرِبْتُمَا وَضُرِبْتُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبُوا وَضُرِبْنَ ).
Dia telah dipukul | ضُرِبَ | Saya telah dipukul | ضُرِبْتُ | |
Dia (pr) telah dipukul | ضُرِبَتْ | Kami telah dipukul | ضُرِبْنَا | |
Dia berdua telah dipukul | ضُرِبَا | Kamu telah dipukul | ضُرِبْتَ | |
Mereka telah dipukul | ضُرِبُوا | Kamu berdua telah dipukul | ضُرِبْتُمَا | |
Mereka (pr) telah dipukul | ضُرِبْنَ | Kamu sekalian telah dipukul | ضُرِبْتُمْ | |
Kamu sekalian ( pr) telah dipukul | ضُرِبْتُنَّ |
Catatan:
* Apabila naibul fa’ilnya muannats, maka fi’ilnya juga harus muannats begitu juga kalau naib failnya mudzakar, maka fi’ilnya harus mudzakar. Contoh:
اُكْرِمَتْ الوَالِدَةُ – اُسْتُعِرَتْ إِنْدُوْنِيْسِيَا
تُكْرَمُ الوَالِدَةُ – تُسْتَعْمَرُ إِنْدُوْنِيسِيَا
* Ketentuan untuk naib fail sama halnya seperti pada ketentuan fi’il fa’il.
Baca Juga : Mubtada Khobar